Hari Musik Nasional, Armand Maulana Ingin Musisi Sejahtera

JAKARTA - Di momen hari Musik Nasional 9 Maret ini, Armand Maulana vokalis band GIGI menyampaikan harapan besarnya terkait penyempurnaan sistem royalti yang masih belum menyejahterakan musisi zaman dahulu dan sekarang.

Ia berharap peraturan terkait soal royalti dan lembaga yang melaksanakan penarikan royalti. "Harapan saya semoga pasal-pasal yang mengatur soal royalti musik dan badan-badannya yang sudah ada, secara praktiknya bisa lebih disempurnakan," kata Armand melontarkan keluhannya tersebut kepada VOI.

Penyempurnaan

Dalam pandangan Amrand dalam praktiknya masih banyak yang kurang. "Di arus bawah dalam praktiknya masih banyak yang cacat dari peraturan yang sudah ada. Ya paling dari 100 mungkin yang dilakukan cuma sekitar 40 persen, itu pun di kota besar. Di kota kecil atau yang lebih pesok lagi, sudah engga ada yang direalisasikan," lanjutnya.

Tak sampai di situ, musisi asal Bandung ini juga menyebutkan beberapa contoh kasus yang ia temui. "Contoh, kita kan sebagai musisi atau komposer sudah mendaftarkan lagu kita ke Lembaga Manajemen Kolektif (LMK). Kalau masuk ke LMK secara hukum sudah kuat. Lagu-lagu kita akan dipungut royaltinya di mana pun lagu itu digunakan. Misal di acara wedding, festival musik, cafe, tempat karaoke. Yang bisa direalisasikan baru di kota besar. Itu yang saya maksud masih belum sempurna dari sisi pelaksanaannya," urai Armand.

Armand ingin semua pihak yang mengomersilkan sebuah lagu untuk beragam acara dan kebutuhan, bisa menghargai komposer dan pencipta lagu yang memiliki hak atas lagu itu. Mereka, kata suami Dewi Gita ini harus sadar dulu kalau apa yang dilakukan sudah menggunakan karya orang lain dan itu ada hak yang harus dibayarkan melalui LMK. Selanjutnya bisa diserahkan kepada para musisi, komposer, pencipta lagu, dll., " ujar pelantun tembang Hanya Engkau yang Bisa.

Contoh lain yang dikemukakan Armand saat ia ikut sebuah festival musik di Jakarta. "Saya kemarin main di sebuah festival musik di Jakarta. Yang menjadi pengisi acara antara band satu ke band berikutnya ada penampilan DJ Koplo. Lagu yang dimainkan DJ itu beragam, mulai dari Sheila On7, The Rain, Koes Plus, dan lain-lain. Saya nyeletuk dong di belakang panggung ke anak-anak GIGI, ini bayar engga ya? Ini lapor engga ya? Entah si promotornya, EO-nya, DJ-nyake LMK," katanya.

"Dan gua sempat melihat banget bahwa si DJ-nya tuh mengubah setlist-nya ke 80-an gitu karena melihat crowd-nya asik, itu kan sebenarnya enggak boleh. Harusnya itu misal dia mainin 30 lagu, nah itu tuh harus udah didaftarkan semua. Ya sepertinya, dia melihat mood penonton sih ya, misal cocoknya lagu Iwa-K dikoploin gitu, tapi dia harus mencatat. Yang tadinya lagu Iwa-K Bebas itu enggak ada di setlist, ya jadi harus ada pendaftarannya. Nah itu tuh gua feeling wah ini pasti enggak nih. Pada akhirnya lagi-lagi itu tuh tidak sempurna," tutur Armand.

Armand juga mengungkap salah satu contoh yang paling menyedihkan. "Saya sedih banget ada komposer pencipta lagu dangdut ke DPR, dan saya baru tau si bapak itu menciptakan lagu hits yang gila-gila banget. Karena royalty enggak jalan dia masih tinggal di kontrakan petak gitu. Kebayang kan kalo sistemnya sudah sempurna, si bapak itu pasti hidupnya sudah sejahtera hanya dengan mengandalkan lagu ciptaannya saja," tutupnya.

Karena itu di momen hari Musik Nasional ini Armand Maulana ingin sekali persoalan bisa disempurnakan. Jika masalah ini tak kunjung selesai kesejahteraan musisi akan terabaikan.