Mencari Black Box Komponen Penting dari Pesawat Sriwijaya Air SJ-182

JAKARTA - Salah satu hal yang paling dicari dalam evakuasi kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute adalah kotak hitam atau black box. Benda ini diharapkan mampu menyingkap tabir misteri mengenai penyebab jatuhnya pesawat yang membawa 62 orang itu. 

Direktur Operasi Basarnas, Rasman menjelaskan bahwa jumlah personel yang diterjunkan dalam pencarian kurang lebih 2.600 orang. Tim tersebut tak hanya memiliki tugas untuk menemukan korban kecelakaan, maupun serpihan pesawat, tapi juga black box Sriwijaya Air SJ-182.

"Sampai saat hari ini, kurang lebih sekitar 2.600 personel yang terlibat langsung atau tak langsung terhadap kegiatan pencarian dan pertolongan ini," ungkap Rasman, Senin, 11 Desember.

Lantas apa sebenarnya black box? Ini merupakan alat yang berfungsi untuk merekam data selama pesawat mengudara. Meski namanya adalah kotak hitam, alat ini sebenarnya memiliki warna yang cerah atau terang menyala agar mudah ditemukan saat operasi pencarian kecelakaan pesawat dilakukan, umumnya berwarna oranye.

Mengutip Flight Radar 24, alat perekam ini terdiri atas dua hal, yaitu FDR (Flight Data Recorder) dan CVR (Cockpit Voice Recorder). Dua hal ini memiliki fungsi yang sedikit berbeda. 

FDR bertugas merekam berbagai data mengenai semua aspek pesawat ketika melakukan penerbangan, sedangkan CVR hanya merekam percakapan yang terjadi di dek penerbangan serta suara-suara lain, seperti alarm otomatis dan transmisi radio. 

Orang yang pertama kali menemukan black box pertama kali adalah David Warren, ilmuwan muda asal Australia. Pada tahun 1950-an, Warren terlibat dalam penyelidikan kecelakaan misterius pesawat komersial pertama yang menggunakan tenaga jet, yaitu Comet. Ketika itu bekerja di Laboratorium Penelitian Aeronautika di Melbourne.

Terinspirasi dari alat perekam, Warren berpikir bahwa alat serupa dapat membantu penyelidikan penyebab kecelakaan. Australia pun menjadi negara pertama yang mewajibkan penggunaan black box pada semua pesawat komersial.  

Melalui black box, peneliti dalam mengetahui masalah atau apa yang sebenarnya terjadi sehingga pesawat tersebut jatuh. Dikutip dati National Geographic, alat ini diletakkan pada bagian ekor pesawat.

Percakapan dan suara-suara yang terekam tepat sebelum pesawat jatuh atau rusak dapat memberikan petunjuk dalam penyelidikan. Bagi penyelidik terlatih, suara-suara yang terekam dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan pesawat dan kecepatan perputaran mesin sebelum jatuh.

Black Box dapat membantu merekonstruksi apa yang sebenarnya terjadi. Kotak berwarna oranye ini juga mampu merekam berbagai fungsi pengoperasian pesawat sekaligus, seperti waktu, ketinggian, kecepatan udara, dan arah yang dituju pesawat.

Perekam data penerbangan modern juga mampu memantau aksi lain yang dilakukan oleh pesawat seperti pergerakan flap pada sayap, pilot otomatis, dan pengukur bahan bakar.