Biaya Rekonstruksi Gempa Turki Suriah Diperkirakan Melonjak Lebih dari Rp1,5 Kuadriliun
JAKARTA - Perkiraan biaya rekonstruksi setelah gempa berkekuatan 7,8 yang melanda Turki dan Suriah pada 6 Februari, menewaskan lebih dari 50.000 orang, lebih dari 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.542.350.000.000.000, kata PBB pada Hari Selasa.
Pemerintah Turki memperkirakan bahwa lebih dari 200.000 bangunan hancur, bersamaan dengan infrastruktur penting di zona kehancuran yang membentang sepanjang 500 kilometer.
Perkiraan baru hampir tiga kali lipat dari yang diberikan oleh Bank Dunia seminggu yang lalu, di mana diperkirakan biaya rekonstruksi sebesar 35 miliar dolar AS.
Louisa Vinton dari Program Pembangunan PBB (UNDP) mengatakan, Pemerintah Turki dengan dukungan dari organisasinya, Bank Dunia dan Uni Eropa, telah memperhitungkan biaya kerusakan yang jauh lebih tinggi.
"Sudah jelas bahwa kerugian saja akan berjumlah lebih dari 100 miliar doalr AS,: katanya melalui tautan video dari Gaziantep di Turki, seperti dilansir dari The National News 8 Maret.
"Biaya pemulihan akan berada di atas itu," tambahnya.
Diketahui, sebanyak 14 juta orang telah mengungsi dan mata pencaharian mereka sangat terganggu akibat gempa.
Setelah selesai, perkiraan tersebut akan menjadi dasar untuk konferensi donor pemulihan dan rekonstruksi di Brussels, Belgia minggu depan, katanya.
Baca juga:
- Menteri Pertahanan Shoigu Ungkap Alasan Rusia Ngotot Menduduki Kota Bakhmut Ukraina
- Enam Orang Palestina Tewas dalam Penggerebekan Israel di Kamp Pengungsi Tepi Barat
- Mendadak Berkunjung ke Irak, Menhan Austin Janji Lanjutkan Kehadiran Militer Amerika Serikat
- China Sebut Tangan Tak Terlihat di Konflik Ukraina, Rusia: Washington Tidak Ingin Perang Ini Berakhir
Biaya pemulihan, termasuk upaya untuk membangun infrastruktur yang lebih baik dan ramah lingkungan, "jelas akan melebihi jumlah itu," ujar Vinton.
UNDP "sangat kecewa dan sedih" dengan tanggapan atas permohonan dana sampai sekarang, tambahnya.
Permohonan cepat tanggap darurat senilai 1 miliar dolar AS yang diajukan pada 16 Februari, saat ini hanya mencapai 9,6 persen dari total, katanya.