Hidup David Bowie Melalui Musik, Fashion, Seni, dan Film
JAKARTA - 10 Januari ditandai sebagai hari kepergian sang legenda musik, David Bowie. Sebagai salah satu tokoh ikonik, musik dan kehidupan Bowie selalu menarik untuk dibicarakan. Di tengah proses bermusik, ia juga banyak bereksperimen dengan sinema, seni peran, fashion, dan lainnya.
Album pertamanya, The Man Who Sold The World menjadi langkah besar Bowie meraih kesuksesan komersial. Saat itu ia tampil androgynous dengan memakai gaun dalam setiap penampilan dan sesi wawancara - mencuri perhatian masyarakat.
Jika membicarakan David Bowie, maka kita tidak memisahkan namanya dengan berbagai persona yang ia ciptakan, seperti Major Tom, Ziggy Stardust, Aladdin Sane, Thin White Duke, Halloween Jack, The Soul Man, Pierrot, serta Elephant Man.
Ziggy Stardust menjadi persona Bowie yang paling populer. Ciri khasnya - berpakaian kostum nyentrik dengan warna merah kecokelatan. Pria kelahiran 8 Januari 1947 ini menampilkan Ziggy Stardust melalui sebuah panggung di Toby Jug Pub, Kingston pada 1972.
Sukses dengan Ziggy Stardust, David Bowie seakan mengganti karakter tersebut dengan kehadiran album dan persona Aladdin Sane di tahun 1973. Album ini berisi hubungan Bowie dengan tur dunia, seks, kekerasan, narkoba, hingga kematian. Diketahui sebagian lirik dari album Aladdin Sane ditulis di tengah perjalanan tur Amerika Serikat.
Kedua persona Ziggy Stardust dan Aladdin Sane tidak lepas dari kontribusi desainer asal Jepang, Kansai Yamamoto. Bowie mengidolakan Kansai sejak karya desainer itu ditampilkan di London Fashion Week tahun 1971. Konsep Basara dalam Bahasa Jepang memiliki arti eksentrik sangat sesuai dengan visi berbusana David Bowie.
Bowie dikenal sebagai orang yang tidak memiliki batasan dalam berbusana. Tidak ada gaya khusus untuk pria atau wanita dalam kamus fashion David Bowie.
Cinta Seni Peran dan Gambar
Di samping berkarier sebagai musisi, ia juga menjadi seniman ketika berpindah ke Switzerland di tahun 1976. Ia menghabiskan waktu dengan menggambar dan lukisannya mulai dijual untuk pelelangan. Pameran seni pertamanya adalah New Afro/Pagan And Work di tahun 1995. Pelantun Under Pressure ini juga memiliki sejumlah koleksi karya seni dari Henry Moore, Jean-Michel Basquiat, Derek Boshier, dan lainnya.
Cintanya terhadap dunia seni peran juga tidak kalah besar dibandingkan dunia seni. Penampilan perdananya adalah serial drama BBC berjudul Theater 625 yang disiarkan pada Mei 1968. Kemudian, dia mendapat pemeran utama dalam film The Man Who Fell to Earth sebagai Thomas Jerome Newton. Bowie memenangkan penghargaan aktor terbaik di Saturn Award karena film ini.
Selama berkarier di dunia peran, David Bowie sudah membintangi 36 film dan serial televisi. Beberapa film yang ia bintangi adalah Just a Gigolo, The Hunger, dan Zoolander. Penampilan terakhirnya adalah menjadi cameo sebagai dirinya sendiri dalam film Bandslam, film komedi remaja tahun 2009.
Baca juga:
Kritik atas Rasisme di Industri Musik
Beberapa waktu belakangan, sebuah video David Bowie di masa lampau menjadi viral. Video itu diunggah oleh seseorang bernama Morgan Jerkins di mana David Bowie mempertanyakan saluran televisi MTV tidak memutar lagu-lagu musisi berkulit hitam.
“Saya terpukul dengan fakta bahwa sedikit artis berkulit hitam ada di (MTV). Mengapa?”
Jurnalis bernama Mark Goodman itu menjawab karena MTV ingin menampilkan artis yang sesuai dengan target MTV bukan untuk pendengar publik.
“Faktanya hanya sedikit artis (berkulit hitam) yang ditayangkan pada pukul 2.30 pagi sampai jam 6. Sangat sedikit (musisi) yang tampil di tengah hari. Ada banyak artis berkulit hitam yang membuat video musik bagus dan tidak muncul di MTV.”
Goodman pun berkata “Kami harus berpikir tidak hanya New York atau Los Angeles yang mengapresiasi tetapi juga daerah Ploughkeepsie atau Midwest.”
“Sebut satu kota di Midwest yang akan ketakutan dengan orang berkulit hitam, atau black music,” jawab David Bowie.
Potongan wawancara itu menjadi pembicaraan masyarakat dan penggemar Bowie. Rapper Missy Elliot juga menquote tweet cuitan tersebut dan berterima kasih kepada Bowie karena mengetahui isu rasisme di dunia musik.
Blackstar, Karya Terakhir David Bowie
Lima tahun lalu pada tanggal 8 Januari 2016, David Bowie merilis album Blackstar. Dua hari berselang, dia meninggal karena penyakit kanker hati. Tidak ada yang mengetahui penyakit tersebut selain orang-orang terdekatnya.
Di tengah perjuangannya, Bowie mengerjakan album Blackstar. Pengaruh Bowie dalam mengerjakan album Blackstar adalah album To Pimp a Butterfly dari rapper Kendrick Lamar. Ia terinspirasi karena Kendrick Lamar adalah seorang rapper namun albumnya tidak terlalu hip-hop.
Kepada NME, Donny McCaslin, pemain band Bowie mengenang saat sang bintang meminta tim band untuk mengerjakan album tanpa rasa khawatir. Beberapa lirik dalam album ini juga diisyaratkan penggemar membicarakan kematiannya. “Something happened on the day he died. Spirit rose a metre and stepped aside.” katanya dalam lagu Blackstar.
“Look up here, I’m in heaven. I’ve got scars that can’t be seen.” ujar Bowie dalam Lazarus.
Proses pembuatan album selesai pada Mei 2015 dan masalah kesehatan tidak pernah jadi penghalang Bowie untuk menyelesaikan album. Dalam video musik Lazarus yang diluncurkan pada 7 Januari 2016, Bowie berperan sebagai pasien yang berbaring di tempat tidur. Adegan terakhirnya Bowie masuk ke dalam lemari dan menutup pintunya - yang diartikan penggemar adalah menutup peti mati.
“Mencengangkan karena tidak ada yang berpikiran apa yang terjadi dengan kondisi kesehatannya. Dan dia (Bowie) sangat profesional,” kata Robert Fox, produser lagu Lazarus.
Bagi David Bowie, Blackstar tidak pernah menjadi album terakhir. Bowie selalu menuangkan kreativitasnya secara penuh dan ia tidak takut melihat sudut pandang musik dari berbagai genre. Album Blackstar menjadi album pertama David Bowie yang meraih posisi pertama di Amerika Serikat dan 20 negara lainnya.
Meski lima tahun sudah berlalu, tetapi karya, pencapaian, sudut pandang, dan gaya bermusiknya tidak akan luput dari ingatan.