Bruxisme pada Anak atau Gigi Bergemeretak saat Tidur, Disebabkan 5 Hal Ini

YOGYAKARTA – Bruxisme atau menggemeretakkan gigi saat tidur tentu membuat cemas apabila buah hati mengalaminya. Menurut ulasan pakar, ini merupakan respons tak disengaja terhadap stres dan kecemasan. Tak terbatas usia, siapa saja bisa mengalaminya, termasuk anak-anak.

Menggemeretakkan gigi, atau bruxisme, tidak dianggap berbahaya tetapi kalau terus-menerus dapat menyebabkan nyeri rahang dan kerusakan gigi. Melansir laman Sleep Foundation Organization, Kamis, 2 Maret, ada dua jenis bruxism yang berbeda. Yaitu bruxisme tidur dan bruxisme bangun. Kalau bruxisme bangun, biasanya mengatupkan gigi tak sampai mengeluarkan suara gemeretak.

Menurut penelitian, diperkirakan 6 persen dari 50 anak-anak yang mengalami bruxisme, mereka mengalaminya saat tidur. Jangan salah, anak-anak setelah gigi tumbuh juga ada yang mengalaminya. Sebanyak 80 persen orang yang mengalami bruxisme, baik dewasa dan anak-anak, tidak menyadari kalau mereka menggemeretakkan gigi saat tidur.

Ilustrasi bruxisme pada anak (Freepik)

Bruxism pada anak dan balita kemungkinan besar terjadi karena kombinasi faktor psikologis, riwayat keluarga, dan lingkungan. Kalau diturunkan dalam keluarga, belum jelas alasannya apakah ini karena genetika atau faktor tambahan seperti pola asuh yang sama. Dalam penelitian yang diterbitkan National Library of Medicine, terdapat sejumlah penyebab bruxisme pada anak, diantaranya berikut ini:

1. Stres

Stres tampaknya terkait erat dengan bruxisme saat tidur. Meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Tetapi anak usia sekolah mungkin mengalami bruxisme yang merupakan cara mereka dalam mengatasi tekanan pekerjaan rumah dari sekolah, pekerjaan rumah, dan mendapatkan nilai bagus. Kalau berdasarkan penelitian, bruxisme tidur dialami oleh orang dengan hormon stres lebih tinggi.

2. Kecemasan

Ada beberapa bukti yang mana bruxisme tidur dan kecemasan saling terkait. Ketika anak-anak mengalami gelisah dan khawatir tentang prestasi di sekolah, tampaknya cenderung mengalami bruxisme.

Para peneliti mencatat, gejala dapat berkembang dari waktu ke waktu. Mungkin ini terjadi dalam berbagai fase perkembangan. Seperti Ketika balita mengalami kecemasan perpisahan yang lebih parah, lebih mungkin mengalami bruxisme tidur saat duduk di sekolah dasar.

Ilustrasi bruxisme pada anak (Freepik)

3. Mengalami gangguan tidur

Di samping stres dan kecemasan, kondisi tertentu yang memicu bruxisme pada anak adalah gejala migrain. Ada pula penelitian yang mengaitkan bruxisme dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Namun seperti lorong tak berujung, mana yang menjadi penyebab belum ditemukan dengan jelas.

4. Gangguan perkembangan saraf

Anak dengan gangguan spektrum autism mungkin mengalami bruxisme, baik saat bangun ataupun ketika tidur. Bruxism juga bisa berjalan seiring dengan gangguan tidur, termasuk parasomnia, mendengkur, dan gangguan pernapasan terkait tidur. Namun, sulit untuk mengatakan apakah ini penyebab atau akibat dari menggemeretakkan gigi di malam hari.

5. Masalah gigi

Bruxisme juga bisa dialami pada anak-anak dengan struktur gigi yang tidak sejajar. Mereka yang memakai peralatan ortodentik, seperti kawat gigi, juga berpotensi mengalami bruxisme. Namun menurut American Academy of Sleep Medicine tidak ada bukti bahwa masalah gigi sebagai penyebab bruxisme. Pada orang dengan bruxisme, biasanya mengalami kesulitan bernapas melalui mulut.

Selain kelima penyebab bruxisme pada anak seperti yang dijelaskan di atas, terdapat penyebab lain. Yaitu karena perokok pasif, atau sering terpapar asap rokok dari lingkungannya. Penelitian menunjukkan bahwa bahkan paparan sedang terhadap asap rokok meningkatkan risiko bruxism pada anak-anak.