PMI Manufaktur yang Tetap Ekspansif Perkuat Optimisme Pengendalian Inflasi Jelang Ramadan
JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) merespon positif kinerja sektor pengolahan yang mampu bertahan di jalur ekspansi dengan capaian Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur 51,2 pada Februari walaupun menurun tipis dari level Januari sebesar 51,3.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengungkapkan torehan itu memperpanjang konsistensi berekspansi selama 18 bulan berturut-turut.
“Resiliensi sektor manufaktur nasional didorong oleh permintaan dalam negeri yang tetap ekspansif,” ujarnya melalui keterangan tertulis dikutip Kamis, 2 Maret.
Menurut Febrio, rantai pasokan juga mengalami perbaikan dari segi waktu pengiriman yang makin pendek karena kinerja logistik yang makin efisien.
“Ekspansi sektor manufaktur ini mendorong penyerapan tenaga kerja dengan lebih banyak,” tuturnya.
Febrio menjelaskan, aktivitas pembelian input tercatat di level 52,8 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang berada di level 52,3. Permintaan ekspor juga mengalami peningkatan meski masih berada di zona kontraksi akibat kondisi perekonomian global.
Baca juga:
“Secara keseluruhan, sektor manufaktur Indonesia masih mempertahankan sentimen bisnis yang optimistis namun tetap waspada terhadap dinamika perekonomian global,” tegas dia.
Ke depan, sambung Febrio, pemerintah akan terus berupaya untuk mengendalikan inflasi seiring dengan masuknya momentum Ramadan dan libur lebaran.
“Sinergi pengendalian inflasi terus diperkuat melalui berbagai kebijakan Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP),” katanya.
“Komitmen Pemerintah untuk menjaga inflasi 2023 pada rentang sasaran 3 persen plus minus 1 persen diperkuat dengan menjaga target inflasi pangan pada kisaran 3-5 persen, terutama pada masa hari besar keagamaan dan nasional,” tutup Kepala BKF Febrio Kacaribu.