Agar Terhindar dari Promotor Bodong, Ini Saran APMI untuk Calon Penonton Konser
JAKARTA - Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) mengajak khalayak untuk mencermati tidak hanya para penampil dalam sebuah festival atau acara musik, tapi, juga promotor agar terhindar dari kerugian semisal uang tidak kembali ketika acara batal.
"Semua balik lagi ke audiens, tidak hanya pintar memilih siapa atau apa isi acara, namun juga bisa melakukan profiling siapa pembuat acara tersebut," kata Ketua APMI, Dino Hamid, kepada Antara, Kamis.
Menurut Dino, mengenali siapa yang menyelenggarakan acara itu adalah hal dasar untuk mengurangi risiko promotor "bodong", yaitu yang mengadakan tiket pra-jual kemudian menghilang dan tidak bisa mengembalikan uang pembelian tiket kepada penonton.
Mengetahui profil promotor sebuah pertunjukan sama pentingnya dengan mengetahui siapa saja penampil di acara tersebut. Apalagi saat ini bisnis industri hiburan juga tengah berkembang pascapandemi COVID-19 selama dua tahun belakangan.
"Kurang lebih analoginya sama seperti kita nonton film favorit. Mungkin dulu kita hanya melihat siapa aktor atau aktris yang membintangi filmnya. Tetapi, sekarang mungkin banyak orang sudah mulai melihat siapa yang memproduksi film tersebut untuk mendapatkan jaminan tontonan yang memang sesuai dengan ekspektasi," kata Dino menjelaskan.
Apalagi mekanisme bisnis hiburan, kata Dino, tergolong amat sederhana karena promotor hanya perlu mencari dan membayar artis, mencari lokasi dan sponsor, lalu menjual tiket kepada masyarakat. Tetapi, ada banyak faktor yang terkait erat dengan untung-rugi penyelenggaraan acara tersebut yang menyangkut kredibilitas si promotor.
Bisnis hiburan, menurut Dino, berisiko tinggi. Ketika promotor mengumumkan sebuah konser musik, tapi, respons publik tidak terlalu bagus, maka mereka berada di bawah bayang-bayang kerugian.
"Saat itu siapkah promotor rugi secara kapital? Kalau tidak siap, biasanya dia akan kabur. Tetapi, kalau memang siap, ya, harus bertanggung jawab menanggung kerugian," papar Dino.
Terkait tiket palsu, Dino beranggapan hal ini sudah sering terjadi pada bisnis hiburan sejak era konvensional. Setiap pertunjukan yang memiliki permintaan tinggi biasanya dibarengi dengan tiket yang terjual habis sehingga hal ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu.
Apalagi di era digital saat ini, kata Dino, sangat mudah bagi siapapun untuk membuat microsite. Contoh kasus, ada seorang artis luar negeri bernama BLABLA mengadakan konser di Indonesia, kemudian muncul situs BLABLA.ticket.id yang menjual tiket konser, namun, tidak diketahui siapa pembuatnya.
Orang bisa saja terkecoh membeli tiket di sana karena mengira situs itu adalah penjual resmi.
"Jadi, mari benar-benar melihat profil promotor sehingga secara pertanggungjawaban dan hal-hal teknis lain bisa diketahui secara pasti. Kalau beli tiket dari pihak yang tidak diketahui jelas akan repot nanti," kata Dino.
APMI, kata Dino, memberi keyakinan kepada khalayak bahwa promotor-promotor yang tergabung dalam asosiasi tersebut telah memiliki kualifikasi yang baik. Selain itu, APMI juga sudah mulai mensosialisasikan anggota-anggotanya untuk mencantumkan keterangan "Member of APMI" pada setiap materi promosi.
APMI memberikan syarat 3K untuk keanggotaan, yaitu kualifikasi, kapabilitas, dan kualitas. Kualifikasi berkaitan dengan promotor yang harus berbentuk badan usaha hukum, sedangkan kapabilitas adalah kemampuan promotor menggelar pertunjukan selama dua tahun.
Kualitas, pada syarat keanggotaan APMI, adalah konten yang dihasilkan. APMI juga memberikan syarat promotor telah menjalankan acara musik dengan penjualan tiket untuk kapasitas di atas minimum 1.000 orang sebanyak dua kali dalam dua tahun, mengadakan acara musik yang bertaraf internasional atau memiliki hak kekayaan intelektual yang didaftarkan atas satu atau lebih acara musik, serta mendapatkan rekomendasi dari minimal dua orang anggota.
Baca juga:
- Ternyata Steve Vai Merekam Banyak Lagu Bareng Ozzy Osbourne, tapi...
- Waduh! Jari Travis Barker Cedera Lagi, Padahal Tur Reuni Blink-182 Makin Dekat
- Ini Kesulitan Tantri Nyanyikan Lagu Religi Candu dalam Rindu
- Roger Waters Kecam Jurnalis yang Bilang Dia Tak Suka Solo Gitar David Gilmour dalam The Dark Side Of The Moon
Calon penonton Gudfest 2022 pertanyakan proses refund
Belakangan ini, dunia musik Tanah Air diramaikan oleh kabar proses pengembalian uang tiket (refund) acara Gudfest 2022 yang tidak berjalan dengan baik. Calon penonton menuntut Gudlive selaku penyelenggara menepati janji mereka.
Gudfest 2022 sedianya akan dihelat pada 18-20 November di Gelora Bung Karno Area. Tapi, lima hari sebelum hari H, Gudlive menyatakan event gaweannya itu ditunda hingga Maret 2023.
Dalam keterangan itu, Gudlive tidak merinci alasan ditundanya Gudfest 2022. Mereka hanya menyebut ada alasan teknis yang belum terpenuhi.
Beberapa jam kemudian, Gudlive mengunggah foto berisi prosedur dan link untuk proses refund. Para pembeli tiket pun langsung menyerbu link itu.
Tapi, hingga sekarang, menurut beberapa calon penonton yang memenuhi kolom komentar unggahan Gudlive di Instagram, pihak promotor belum menepati janji mereka untuk menyelesaikan proses refund.
Gudfest malah mengunggah event gelombang keduanya untuk Maret 2023 dengan line-up berbeda. Sum 41 sebagai headliner, didukung oleh NTRL dan Summerlane serta Rocket Rockers, Stereo Wall, dan banyak lagi lainnya.
Salah satu calon penonton, Kurniawan yang membeli dua tiket kategori Early Fest Daily 3 dengan harga Rp1,3 juta pada September 2022 mempertanyakan keseriusan penyelenggara terkait proses refund.
“Intinya, pembeli tiket Gudfest 2022 menuntut refund sebelum konser Gudfest 2023 dimulai. Enggak ada alasan! Karena dari mereka udah memberi prosedur refund, itu semua sudah kita penuhi. Dan sampai sekarang uang sepersen pun belum saya terima,” kata dia kepada VOI.
VOI sudah mencoba menghubungi CEO GUDLIVE Bimo Nugroho terkait masalah ini. Tapi, belum mendapat tanggapan.