Tim SAR Filipina Berjudi dengan Maut, Mendaki Gunung Berapi Aktif Demi Temukan Pesawat Cesna yang Jatuh

JAKARTA - Tim penyelamat Filipina mulai mendaki gunung berapi aktif pada Selasa 21 Februari. Ini adalah operasi menantang maut demi bisa mencapai lokasi reruntuhan pesawat kecil yang jatuh pada akhir pekan lalu.

Ada empat orang yang ada di dalam pesawat itu. Termasuk dua warga Australia, berada di dalam pesawat Cessna 340 ketika hilang Sabtu 18 Februari pagi lalu setelah lepas landas ke Manila dari Bandara Internasional Bicol di provinsi tengah Albay, beberapa kilometer dari gunung berapi Mayon.

Penyelidik penerbangan sipil yang melakukan penerbangan mengkonfirmasi puing-puing yang terlihat di gunung berapi adalah pesawat yang mereka cari. Belum diketahui apa ada yang selamat atau tidak.

Perusahaan Pengembangan Energi yang berbasis di Manila mengatakan sebelumnya bahwa pesawat yang hilang itu milik perusahaan. Australia adalah konsultan teknis untuk perusahaan energi terbarukan.

Hujan, awan, dan risiko letusan telah menghambat upaya untuk mencapai lokasi jatuhnya pesawat.

Otoritas Penerbangan Sipil Filipina (CAAP) mengatakan, pesawat berada di sisi barat gunung berapi, sekitar "3.500 hingga 4.000 kaki" (1.070 m hingga 1.200 m) di atas permukaan laut.

Kamera beresolusi tinggi digunakan untuk mengidentifikasi reruntuhan, kata juru bicara CAAP Eric Apolonio, dilansir dari Channel News Asia, Selasa 21 Februari.

Upaya untuk menurunkan tim penyelamat ke lokasi kecelakaan dengan helikopter dibatalkan pada Selasa karena angin kencang dan tutupan awan, kata para pejabat.

Sebaliknya, tim SAR, termasuk pendaki gunung veteran, mulai melakukan pendakian curam dengan berjalan kaki.

Mereka diperkirakan berkemah semalaman dan mencapai lokasi kecelakaan pada hari Rabu, kata Carlos Baldo, walikota kotamadya Camalig.

Mayon adalah gunung berapi paling aktif di negara itu dan terakhir meletus pada 2018, memuntahkan berton-ton abu, batu, dan lava. Akses ke lerengnya dibatasi.