Iskindo Beberkan 4 Kunci Hilirisasi Perikanan di Indonesia

JAKARTA - Hilirisasi perikanan di Indonesia harus terus didorong pelaksanaannya. Hal ini untuk meningkatkan pendapatan di sektor tersebut.

Ketua Umum Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) M. Riza Damanik mengatakan, ada empat (4) hal yang menjadi kunci penting hilirisasi perikanan di Indonesia.

Pertama, diperlukan pendekatan daripada ekosistem usaha mikro kecil dan menengah, pihak swasta nasional, hingga BUMN untuk bersatu padu, sehingga percepatan dari hilirisasi perikanan dapat tercapai.

"Ini menjadi sangat penting sekali, apalagi kami tahu struktur ekonomi perikanan itu 96-97 persennya adalah pelaku-pelaku usaha perikanan skala kecil," kata Riza kepada awak media di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 20 Februari.

Kedua, diperlukan sumber daya manusia, mengingat hilirisasi ini memerlukan inovasi dan teknologi. Riza mencontohkan, Thailand yang sudah 44 persen dari total pelaku usaha perikanannya, telah ada di sektor hilir. Sedangkan, Indonesia masih jauh tertinggal dari hal tersebut.

"Oleh sebab itu, PR (pekerjaan rumah) kami sekarang adalah bagaimana menebalkan atau menambah SDM-SDM kami untuk terlibat dalam proses hilirisasi, baik itu dalam rangka menghasilkan inovasi teknologinya, meningkatkan nilai tambah produknya, maupun untuk bisa memiliki kemampuan masuk ke dalam pasar yang lebih luas," ujarnya.

Ketiga, hilirisasi membutuhkan penguatan pada sektor hulunya, terutama kaitannya dengan budidaya perikanan, seperti misalnya untuk menghasilkan produk-produk perikanan budidaya.

Riza menilai, hal tersebut akan sangat bergantung pada pakan. Kalau harganya mahal, maka produk-produk yang dihasilkan juga menjadi tidak kompetitif, baik itu di pasar nasional, regional, maupun internasional.

"Pun demikian untuk perikanan tangkap. Perikanan tangkap kami karena strukturnya sebagian besar itu adalah kapal-kapal kecil dan ini sangat bergantung pada ketersediaan bahan bakar minyak," tutur dia.

Dirinya menjelaskan, pemerintah sebenarnya sudah memberikan subsidi terhadap kapal-kapal kecil, tetapi pada saat yang sama ada tantangan terkait ketepatan penyaluran BBM bersubsidi.

"Ini saya kira perlu terus diperkuat, termasuk dengan perbaikan sistem penyalurannya, misalnya melalui koperasi-koperasi nelayan di seluruh Indonesia. Jadi, jangan lagi menyalurkan di luar ekosistem koperasinya, tetapi di dalam ekosistem koperasinya, sehingga nanti bisa dilakukan audit yang lebih baik terhadap penyaluran BBM," ungkapnya.

Terakhir, hilirisasi bisa dilakukan melalui komoditi-komoditi perikanan yang unggul terlebih dahulu. Sebab, perlu disadari bahwa hilirisasi tidak bisa dilakukan secara serampangan untuk semua komoditas.

"Saya kira, analisa terakhir yang disampaikan Kemenko Marves itu juga sudah memilah dan memilih komoditi-komoditi unggulan secara lebih umum. Saya kira, kami bisa memulai dari tiga komoditi unggulan, yang pertama itu ada udang, yang kedua rumput laut, dan yang ketiga itu ada tuna," jelasnya.

"Ketiga komoditi ini kalau kami bicara tentang size-nya di luar ekonomi perikanan itu lebih dari separuh. Ekonomi perikanan sangat bergantung dari komoditi ini, terutama udang, udang bisa 30-40 persen," imbuhnya.