Johnson & johnson Siapkan Vaksin Berbeda yang Ditargetkan Otorisasi Februari 2021

JAKARTA - Johnson & Johnson merupakan salah satu perusahaan yang secara serius menggarap kandidat vaksin COVID-19. Dengan kandidat vaksin yang dilabeli JNJ-78436735, Johnson & Johnson sudah memasukan uji klinis fase 3 atau ENSEMBLE yang melibatkan 45 ribu peserta. 

Kepala Global Janssen Research & Development Johnson & Johnson Mathai Mammen melansir laman resmi Johnson & Johnson mengatakan, pihaknya terus berupaya untuk mengembangkan vaksin lewat perpaduan pengalaman dengan kolaborasi dan kemitraan bersama pemerintah, pihak berwenang dan komunitas ilmiah di seluruh dunia 

"Dari Maret hingga Juni kami bereksperimen dengan berbagai kandidat. Sebelum akhirnya kami memutuskan menjadi dua kandidat di Bulan Juni dan tinggal satu kandidat di Bulan Juli," terang Mammen.

"Kemudian kami menggabungan dua fase penelitian tradisional menjadi satu fase yang dikenal sebagai Fase 1/2a, untuk memeriksa keamanan dan respon imum hanya dalam beberapa bulan. Setelah memiliki data yang kuat, kami beralih ke uji klinis Fase 3 dengan dosis yang dipilih dan lebih banyak peserta," paparnya. 

Kepala Global Janssen Research & Development Johnson & Johnson Mathai Mammen. (Sumber: johnson & johnson)

Lebih jauh ia menerangkan, dalam mengembangkan vaksin pihaknya juga memerhatikan keterwakilan semua ras, etnis, usia dan latar belakang medis dalam uji klinis yang dilakukan. 

Target penting dari studi ENSEMBLE yang dilakukan adalah, tercapainya kekebalan tubuh secara utuh tercapai di hari ke-28. Dan, sambil melihat perkembangan perlindungan paling cepat di hari ke-14.

Mengenai cara kerja vaksin yang dibuat Johnson & Johnson, Mammen mengungkapkan jika vaksin yang mereka buat berbeda dengan vaksin jenis mRNA. 

Jika mRNA membuat protein untuk memicu respon imun dalam tubuh. Vaksin buatan Johnson & Johnson menggunakan adenovirus (sejenis virus yang menyebabkan flu biasa dan dibuat tidak bisa bereplikasi).

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Hakan Nural/Unsplash)

"Adenovirus membawa gen dari virus corona ke dalam sel manusia, yang kemudian menghasilkan protein lonjakan virus corona, tetapi bukan virus corona itu sendiri. Protein lonjakan inilah yang menjadi primadona sistem kekebalan untuk melawan infeksi berikutnya oleh virus," ungkapnya.

"Adenovirus terkenal pada populasi manusia. Sebelumnya kami telah menggunakannya dalam vaksin Ebola dan vaksin investigasi untuk HIV dan RSV. Jadi kami memiliki banyak data keamanan. Dan, suhu vaksin akan lebih stabil," tandasnya. 

Mammen menambahkan, pihaknya perlu memastikan semua aspek program pengembangan vaksin COVID-19 yang dilakukan memenuhi standar keamanan dan kualitas. Semua proses produksi dan distribusi mematuhi semua peraturan yang berlaku. 

Ini termasuk bahan mentah dan komponen yang meliputi prosedur, fasilitas pabrik, laboratorium pengujian, termasuk peralatan dan metode analisis, pengiriman dan rute, serta umur simpan dan stabilitas.

"Kami berharap pencapaian ini dapat tercapai pada Bulan Februari, sehingga kami dapat mempertimbangkan untuk mengajukan Emergency Use Authorization (EUA) vaksin kami dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), serta pengajuan peraturan di negara lain," pungkasnya.

Diketahui, seperti melansir Fox News, Johnson & Johnson memang kalah cepat dari Moderna dan Pfizer yang sudah memeroleh otorisasi penggunaan lebih dahulu. Namun, vaksin keduanya dibuat dengan model pemberian dua dosis. sementara vaksin Johnson & Johnson hanya satu dosis.