Tiga Jurus Bank Indonesia Antisipasi Dampak Kebijakan The Fed ke Depan
JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengakui bahwa kebijakan yang diambil oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), bakal memiliki rambatan tersendiri bagi perekonomian nasional.
Perry menjelaskan, perkembangan inflasi di AS masih tergolong tinggi akibat dari peningkatan harga upah tenaga kerja.
“Memang ada potensi terminal rate The Fed bukan 5 persen tetapi 5,2 persen. Kemungkinan, sampai dengan akhir tahun ini mereka tidak akan menurunkan suku bunganya,” ujar dia saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Kamis, 16 Februari.
Lantas, bagaimana dengan sikap Bank Indonesia? Perry menerangkan jika otoritas moneter bakal merespon dengan berbagai langkah strategis. Pertama, upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.
“Ini berguna untuk menjaga imported inflation tidak berdampak di dalam negeri,” tuturnya.
Baca juga:
Kedua, melakukan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dalam jangka pendek. Siasat ini disebut bos BI memiliki efek membuat yield SBN tetap menarik.
“Hal kedua bisa mendukung masuknya portofolio asing masuk ke Indonesia. Ini mendukung juga untuk menjaga nilai tukar rupiah,” katanya.
Serta yang ketiga adalah implementasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
“Bank Indonesia akan memperkuat pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi instrumen operasi moneter valas DHE berupa term deposit (TD) valas DHE sebagai instrumen penempatan DHE oleh eksportir melalui bank kepada BI sesuai dengan mekanisme pasar mulai berlaku per 1 Maret 2023,” jelas Perry.