Sempat Diskusi dengan Panglima TNI, Anggota Komisi I Sebut Situasi Papua Usai Penyanderaan Pilot Susi Air Cukup Mengkhawatirkan
JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin mengatakan pihaknya sempat berdiskusi dengan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono terkait situasi di Papua pasca pembakaran dan penyanderaan pilot pesawat Susi Air.
Hasanuddin mengungkapkan, situasi di Papua sudah cukup mengkhawatirkan bahkan sebelum penyanderaan terhadap pilot berkewargenegaraan Selandia Baru itu terjadi.
"Memang sebelum terjadinya penyergapan terhadap pilot itu kami diskusi dengan panglima TNI dan jajaran mengenai Papua. Situasinya memang cukup mengkhawatirkan," ujar Hasanuddin di Gedung DPR, Rabu, 15 Februari.
"Jadi mengenai pilot Susi Air itu, yang warga negara Selandia Baru, menurut informasi terakhir baik dari Kodam maupun dari Polda memang disandera oleh kelompok bersenjata setelah disergap di bandara. Dan sekarang tim dari Polda, saya dapat informasi, akan mencoba melakukan negosiasi," lanjutnya.
Politikus PDIP itu menuturkan, menurut pengumuman yang mengatasnamakan juru bicara negara Papua Merdeka, mereka menyatakan akan menegosiasikan barter penyanderaan dengan kemerdekaan.
"Dan sikap kami, NKRI harga mati. Jadi tidak bisa menegosiasikan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk kepentingan segelintir orang. Karena kelompok OPM itu ya memang sudah bisa dihitung dan memiliki kepentingan kepentingan separatis. Itu yang kami tangkap sampai sekarang ini," jelasnya.
Meski begitu, Hasanuddin meyakini di bawah koordinasi Menko Polhukam saat ini sedang ada upaya-upaya untuk melakukan sebuah tindakan terukur. "Seperti apa? Ya kita tunggu nanti," katanya.
Sejauh ini, tambah Hasanuddin, tugas TNI-Polri sudah cukup bagus, baik faktor intelijen maupun faktor gerakan patroli dan lain sebagainya.
"Saya kira, upaya negosiasi sedang dilaksanakan. Mudah mudahan negosiasi bisa berjalan dengan baik. Tetapi tidak menegosiasikan kedaulatan negara," pungkasnya.
Sebelumnya, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa, membenarkan bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) telah menyebarkan foto dan video saat bersama pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens (37).
Dalam foto dan video yang tersebar di media sosial, nampak pilot Philips bersama sejumlah orang dengan bersenjata laras panjang. Berdasarkan dokumentasi itu, Saleh menyimpulkan bahwa pilot Philips bersama KKB pimpinan Egianus Kagoya.
"Pada rekaman video yang beredar tersebut KST (kelompok separatis teroris) telah mengakui telah melakukan aksi teror membakar pesawat Susi Air dan melakukan penyanderaan pilot Susi Air," kata Saleh dalam siaran pers Pendam XVII/Cenderawasih, Rabu, 15 Februari.
Baca juga:
- Breaking News, Hakim PN Jaksel Vonis Richard Eliezer alias Bharada E 1 Tahun 6 Bulan Penjara
- Tangis Bharada E Saat Divonis 1 Tahun 6 Bulan Penjara, Lebih Rendah dari Tuntutan Jaksa 12 Tahun
- Meski Vonis Bharada E Hanya 1 Tahun 6 Bulan, Hakim Tetap Punya Pertimbangan Memberatkan
- Sidang Pembunuhan Brigadir J, Hakim Singgung Kepangkatan Bharada E yang Hanya Diajarkan Jalankan Perintah Tanpa Analisa
Saleh juga telah mendengar tuntutan KKB. TNI-Polri, menurut Saleh, terus melakukan pencarian secara maksimal.
"Termasuk melibatkan semua pihak baik para tokoh agama, tokoh masyarakat maupun tokoh adat serta pemerintah daerah," kata Saleh.