Kelakar Gus Dur Tentang Sopir Ugal-Ugalan Masuk Surga
JAKARTA - Gaya berpikir Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) punya ciri khas dan unik. Ia mampu berpikir jauh melampau zaman. Bahkan, ia dapat menerjemahkan segala macam masalah dan kritikan dalam ragam medium. Humor, salah satunya.
Tiap masalah yang dilemparnya kerap mengundang tawa. Namun, di balik tawa itu kerap terdapat pelajaran berharga. Ambil contoh kelakar Gus Dur terkait sopir ugal-ugalan. Gus Dur mencoba membandingkan posisi seorang kiai dan sopir metromini -- siapa yang lebih tinggi derajatnya di surga.
Pemuka agama kerap memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar dan memperdalam agama. Namun, tidak untuk Gus Dur. Alih-alih hanya menghabiskan waktu belajar agama, Gus Dur justru senang mempelajari beragam ilmu lainnya.
Ilmu yang dipelajarinya tak melulu terbatas pada pendidikan formal saja. Gus Dur mampu mencari ilmu di antara tumpukan buku perpustakaan. Ia juga lihai menjelajahi makna hidup dari deretan film layar lebar.
Kedua aktivitas itu telah dilanggengkan Gus Dur sejak menuntut ilmu ke Kairo (Mesir), kemudian Baghdad (Irak). Pemahamannya akan ragam masalah jadi bertambah. Demikian pula dengan pandangannya terkait banyak hal. Dari agama hingga kehidupan.
Sederet ilmu itu buat Gus Dur tumbuh sebagai ulama yang luwes, tidak kaku. Ia mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman. Gus Dur bahkan cakap dalam meramu tiap masalah maupun kritikan lewat ragam medium.
Alat yang paling sering digunakan Gus Dur adalah pendekatan humor. Baginya, ilmu yang dapat disampaikan dengan formal tak memiliki daya tarik lebih. Beda hal jika penyampaian ilmu dilanggengkan dengan humor. Segala macam masalah dari sosial, ekonomi, hingga politik dapat tersampaikan dengan baik. Alias, pesannya dapat disampaikan lebih mengena dan mudah dipahami.
“Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, bisa dipahami jika Gus Dur sangat percaya diri dengan apa yang dilakukannya, juga percaya diri dengan efek yang hendak diraih. Sebagai man of ideas yang berpotensi untuk menggulirkan perubahan melalui kiprah kepemimpinannya, Gus Dur sangat kaya dengan ide-ide segar.”
“Tidak sedikit ide-ide itu disampaikan secara aneh, misalnya dengan humor. Dengan cara penyampaian seperti itu, pesan-pesan yang hendak disampaikan mengena dan tidak jarang bersifat simbolik tapi berdampak nyata, dan kalua memang berbenturan dengan wacana yang ada, akan merangkai dan merangsang pemikiran secara dinamis,” terang Ahmad Suaedy, dalam buku Gus Dur: Islam Nusantara & Kewarganegaraan Bineka (2018).
Kelakar Sopir Ugal-Ugalan
Kelakar-kelakar Gus Dur terkenal istimewa. Semua itu karena Gus Dur tak pernah memilih topik tertentu untuk mengeluarkan kelakarnya. Tiap ada fenomena tertentu, nalurinya ikut berkomentar dan mampu mengundang tawa. Perihal alam kubur, apalagi.
Gus Dur pernah mengeluarkan kelakar yang membandingkan antara seorang alim ulama (kiai) dan sopir metromini yang ugal-ugalan. Alkisah, seorang kiai dan sopir metromini sedang ditanya oleh malaikat di depan pintu surga.
Empunya kuasa –malaikat—bertanya kepada ulama apa profesi yang dilakukannya sepanjang hidup. Juru dakwah pun muncul sebagai jawaban. Namun, kiai diminta untuk menunggu terlebih dahulu. Sedang malaikat mulai menanyakan ke orang lainnya terkait profesi.
Munculah seorang sopir metromini. Ia menjawab pertanyaan malaikat dengan lantang. Sopir metromini, katanya. Malaikat pun langsung memintanya segera masuk ke surga dan disiapkan ruangan istimewa. Tindak-tanduk itu membuat kiai yang sudah menunggu lama dan cuma mendapatkan ruang kecil di surga ikut melemparkan protes.
Ia menanyakan kepada malaikat kenapa sopir metromini dapat masuk duluan ketimbang dirinya. Malaikat pun langsung menjawab. Menurut malaikat, profesi juru dakwah memang mulia. Masalah muncul ketika kiai itu berceramah tak memperhatikan pendengarnya.
Caramahnya dianggap membosankan. Alih-alih jemaahnya jadi semangat beribadah, yang terjadi jemaahnya justru tertidur. Beda hal dengan sopir metromini. Malaikat menganggap boleh jadi sopir metromini dianggap ugal-ugalan di jalan.
Namun, ada hikmah di balik itu semua. Ulah sopir ugal-ugalan itu membuat seisi bis segera mengingat Tuhan. Mereka berdoa dan berzikir supaya tidak kecelakaan. Upaya itu membuat sopir metromini lebih istimewa dan mendapatkan fasilitas mewah di surga. Beda hal dengan kiai.
Kelakar Gus Dur itu kerap berhasil memancing tawa. Kelakar itu lalu diulang-ulang oleh jemaah Gus Dur. Bahkan, hingga hari ini. Dalam cerita itu, Gus Dur ingin menegaskan bahwa perhitungan masuk surga dan neraka tak pernah matematis.
“Menurut akal kita, seharusnya itulah yang terjadi. Tapi, kita hanya manusia. Akal kita bisa salah, apalagi dalam memahami fenomena surga dan neraka. Akal manusia ada batasnya. Dan fenomena surga dan neraka berada jauh di atas batas kemampuan akal. Sebuah hadis menyebutkan, surga itu tak dapat dijangkau mata, tak dapat didengar telinga, dan tak pernah terlintas di kalbu atau akal manusia. Demikian pula neraka. Surga dan neraka tidak bisa dirasionalkan. Surga dan neraka tidak matematis.”
“Tentang fenomena surga dan neraka, termasuk kondisi orang-orang yang akan tinggal di dalamnya, perhitungan akal kita sangat mungkin meleset. Cerita Gus Dur di atas menjelaskan hal itu seorang kiai, yang tampak saleh sewaktu hidup di dunia, ternyata di surga hanya mendapat kamar berukuran kecil, dengan perabotan sederhana. Sebaliknya, seorang sopir metro mini yang ugal-ugalan, malah diberi jatah kamar super mewah dengan perabotan dari emas,” ungkap Widodo dalam buku Guyon Cara Gus Dur (2017).
Baca juga:
- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Ajak Umat Islam Jauhi Adu Domba dalam Memori Hari Ini, 13 Februari 2010
- Komite Pendukung Megawati Dibentuk oleh Ribka Tjiptaning dalam Memori Hari Ini, 12 Februari 1998
- Seisi Hindia Belanda Terdampak Resesi Ekonomi dalam Sejarah Hari Ini, 11 Februari 1935
- Didubeskan Soeharto: Siasat Orba Singkirkan Lawan Politiknya