24 Ribu Bangunan Runtuh atau Rusak Berat Akibat Gempa Bumi, Otoritas Turki Gelar Penyelidikan: 113 Orang Ditahan
JAKARTA - Otoritas Turki menyelidiki runtuhnya ribuan bangunan akibat gempa bumi 7,8 SR yang mengguncang negara itu Senin pekan lalu, sementara jumlah korban jiwa terus bertambah dan sudah menyentuh angka 34 ribu jiwa.
Korban tewas di seluruh Turki dan Suriah akibat bencana gempa bumi telah mencapai setidaknya 34.179 jiwa hingga Hari Minggu, mengutip CNN 13 Februari.
Di Turki, korban tewas akibat gempa bumi telah mencapai 29.605 jiwa, kata Pusat Koordinasi Darurat Turki SAKOM Hari Minggu.
Sementara, korban tewas yang dikonfirmasi di Suriah mencapai 4.574 jiwa. Jumlah itu mencakup lebih dari 3.160 di bagian barat laut Suriah yang dikuasai oposisi, menurut kementerian kesehatan otoritas pemerintahan Pemerintah Keselamatan.
Korban tewas Suriah juga termasuk 1.414 kematian di wilayah-wilayah Suriah yang dikuasai pemerintah, menurut kantor berita negara SANA.
Terpisah, otoritas Turki berjanji pada Hari Minggu untuk menyelidiki secara menyeluruh siapa pun yang dicurigai bertanggung jawab atas runtuhnya bangunan di negara itu, memerintahkan penahanan terhadap 113 tersangka.
Wakil Presiden Fuat Oktay mengatakan, 131 tersangka sejauh ini telah diidentifikasi bertanggung jawab atas runtuhnya beberapa dari ribuan bangunan yang rata dengan tanah di 10 provinsi yang terkena dampak gempa bumi.
"Perintah penahanan telah dikeluarkan untuk 113 dari mereka," kata Wapres Oktay kepada wartawan dalam pengarahan di pusat koordinasi penanggulangan bencana di Ankara.
"Kami akan menindaklanjuti ini dengan cermat sampai proses peradilan yang diperlukan selesai, terutama untuk bangunan yang mengalami kerusakan berat dan bangunan yang menyebabkan kematian dan luka-luka," paparnya.
Dia mengatakan, Kementerian Kehakiman telah membentuk biro investigasi kejahatan gempa bumi di provinsi zona gempa, untuk menyelidiki kematian dan cedera.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup Murat Kurum mengatakan, ada 24.921 bangunan di seluruh wilayah telah runtuh atau rusak berat akibat gempa, berdasarkan penilaian terhadap lebih dari 170.000 bangunan.
Terpisah, partai oposisi menuduh pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak menegakkan peraturan bangunan, dan salah membelanjakan pajak khusus yang dipungut setelah gempa bumi besar terakhir pada tahun 1999, untuk membuat bangunan lebih tahan terhadap gempa.
Terkait itu, Presiden Erdogan mengatakan oposisi berbohong dan menyebarkan fitnah untuk menodai pemerintah, menghalangi investasi bukannya menghadapi korupsi di kota-kota yang dikelola oposisi.
Di Adana, kejaksaan negara bagian memerintahkan penahanan 62 orang dalam penyelidikan atas bangunan yang runtuh, sementara kejaksaan menuntut penangkapan 33 orang di Diyarbakir karena alasan yang sama, lapor kantor berita Anadolu milik negara.
Dikatakan delapan orang telah ditahan di Sanliurfa dan empat di Osmaniye sehubungan dengan bangunan yang hancur yang diyakini memiliki kesalahan, seperti tiang yang dipindahkan.
Jumat malam, polisi menangkap pengembang satu kompleks apartemen yang runtuh di Antakya, saat ia tengah bersiap naik pesawat ke Montenegro dari Bandara Istanbul, dengan penahanan resmi dilakukan keesokan harinya, menurut Anadolu.
Kompleks apartemen kelas atas 12 lantai selesai satu dekade lalu dan berisi 249 apartemen. Belum ada informasi mengenai korban jiwa di gedung itu.
Baca juga:
- Siapkan Misi Kemanusiaan Indonesia, Dubes RI Berkantor di Wilayah Gempa Turki
- Temui 123 WNI yang Dievakuasi di Turki, Dubes RI akan Bantu Penerbitan Paspor Baru hingga Masalah Pendidikan
- 35 Negara Minta Atlet Rusia dan Belarusia Dilarang Ikuti Olimpiade Paris 2024
- KBRI Ankara Kembali Kirim Tim Evakuasi, Dubes RI: Ini Penugasan Berbahaya, Tapi Negara Harus Hadir
Pria yang ditangkap itu mengatakan kepada jaksa, dia tidak tahu mengapa kompleks itu runtuh, mengatakan keinginannya untuk pergi ke Montenegro tidak ada hubungannya.
"Kami memenuhi semua prosedur yang ditetapkan dalam undang-undang. Semua lisensi diperoleh," katanya.