Bukan karena Paparan AC, Bell's Palsy Terjadi karena Virus
JAKARTA - Paparan AC bukanlah penyebab terjadinya penyakit bell’s palsy atau kelumpuhan pada salah satu sisi otot wajah sehingga tampak melorot. Guru Besar bidang kesehatan dan dokter ahli saraf Unika Atma Jaya Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S (K) menjelaskan bahwa penyebabnya adalah virus.
“Jelas tidak benar. Artinya kita tahu hampir semua orang yang bekerja di kantor juga pakai AC, dan nggak semua terkena bell’s palsy. Jadi artinya tidak benar kalau bell’s palsy itu karena AC. Jadi penyebabnya virus,” ungkap Yuda dikutip dari ANTARA, Sabtu, 11 Februari.
“Ada yang bilang terpapar AC di satu sisi bisa bell’s palsy. Memang terpapar AC di satu sisi nggak bagus secara kesehatan. Tapi itu bukan penyebab bell’s palsy,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Yuda menjelaskan bahwa bell’s palsy juga berbeda dengan stroke. Akan tetapi, kedua penyakit ini memang sulit dibedakan oleh masyarakat awam karena memiliki gejala yang mirip.
“Secara umum, secara gejala bagi orang awam memang sulit dibedakan. Sehingga saya selalu bilang, kalau ada kelumpuhan sebelah, kita anggap jelek dulu lah. Kita anggap stroke dulu. Tapi sebenarnya, meskipun gejalanya hampir mirip-mirip, penyebabnya beda,” jelas Yuda.
“Kalau gejala kan miripnya kelumpuhan di wajah, kemudian mendadak. Itu kan gejalanya sama. Tapi kalau dari penyebab, jelas beda banget. Kalau bell’s palsy itu terkait dengan infeksi virus ya. Kalau stroke itu karena pembuluh darah. Artinya bisa karena tersumbat atau pendarahan. Jelas terapinya juga akan berbeda,” tambahnya.
Baca juga:
Meskipun disebabkan karena infeksi virus, namun bell’s palsy tidak menular. Yuda memaparkan bahwa virus ini pun cukup unik, sebab hanya menempel pada tubuh yang cocok.
“Hampir jarang satu keluarga bell’s palsy. Atau seseorang yang bell’s palsy di kantor kita tanya ketularan dari siapa, itu jarang ya. Biasanya pasien nggak tahu dari mana dan kemudian kenanya di siapa. Jadi bell’s palsy memang penyebabnya adalah virus, tapi tergantung juga dari aspek hal lain,” ujar Yuda.
"Terlepas dari kondisi tubuh yang turun, ada juga aspek lain. Artinya virus ini nempel pada yang cocok tempatnya. Nggak semua orang bisa terkena. Tapi yang pasti apapun jenis virusnya, kalau saat kondisi tubuh turun, risiko makin meningkat,” urai Yuda Turana.