Israel Tidak akan Menghentikan Pembangunan Permukiman Yahudi di Tepi Barat Meski Diminta AS
JAKARTA - Salah satu sekutu sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan pada Hari Selasa, Israel tidak akan menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki, seminggu setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menekan Israel untuk menghentikan pembangunan.
"Tidak akan ada pembekuan konstruksi di periode Yudea dan Samaria," bunyi pernyataan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menggunakan istilah umum di Israel untuk Tepi Barat, melansir Reuters 8 Februari.
Anggota senior koalisi sayap kanan Netanyahu telah berusaha untuk memperluas permukiman Yahudi di Tepi Barat, yang direbut oleh Israel dalam perang 1967 dan di mana Palestina telah lama ingin mendirikan sebuah negara.
Sementara, sebagian besar kekuatan dunia menganggap permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai perbuatan ilegal.
Pada kunjungan ke Israel dan wilayah Palestina minggu lalu, Menlu Blinken mengulangi seruan AS untuk solusi dua negara atas konflik puluhan tahun antara Israel dan Palestina, menyerukan secara terbuka untuk mengakhiri perluasan pemukiman.
Dalam pembicaraan pribadi dengan PM Netanyahu, Menlu Blinken juga meminta Israel untuk menghentikan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan menghentikan penghancuran rumah-rumah Palestina, tiga sumber AS dan Arab mengonfirmasi kepada Reuters, menekankan bahwa permintaan tersebut tidak dinyatakan sebagai permintaan resmi.
Baca juga:
- China Tawarkan Bantuan Kemanusiaan Darurat Rp66,9 Miliar untuk Suriah
- Singgung Berlin 1936, Kepala Staf Presiden Ukraina Desak IOC Larang Rusia Ikuti Olimpiade Paris 2024
- Kunjungi Inggris, Presiden Zelensky Bakal Tinjau Pelatihan Militer Ukraina hingga Bertemu Raja Charles III
- Korban Tewas WNI Akibat Gempa Turki Jadi Dua Orang, Ini Penjelasan Dubes RI
Smotrich diketahui juga mengawasi organisasi Kementerian Pertahanan yang bertanggung jawab untuk menegakkan beberapa peraturan di Tepi Barat, memberinya kekuasaan yang signifikan atas wilayah tersebut.
Diketahui, harapan untuk mencapai solusi dua negara, dengan negara Palestina yang sebagian besar berbasis di Tepi Barat, memudar sejak putaran terakhir pembicaraan yang disponsori AS terhenti pada tahun 2014.