Kapolri: Adanya DOB Seharusnya Bisa Tekan Keberadaan KKB di Papua

JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menilai dengan pembentukan daerah otonomi baru (DOB) di Papua seharusnya bisa mengurangi jumlah kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Di sisi lain, motif dari KKB kelompok Egianus Kogeya (EK) membakar pesawat Susi Air pada Selasa kemarin yakni menolak adanya pemekaran wilayah.

Kata Sigit dengan adanya pemekaran wilayah yang saat ini terbagi tiga provinsi baru di tanah Papua, yakni Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan dapat meredam aksi teror KKB.

"Seharusnya dengan pengembangan daerah operasi daerah otonomi baru, pengembangan wilayah kesejahteraan, tentunya kita harapkan jumlah KKB juga berkurang," kata Sigit usai Rapim TNI-Polri di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu 8 Februari.

Kata dia, terhadap kelompok yang mengganggu keamanan di Papua termasuk KKB, ia menjamin Polri dan TNI akan melakukan tindakan tegas.

"Terhadap kelompok yang terus melakukan gangguan keamanan tentunya TNI-Polri sepakat bahwa kita akan melakukan penegakkan hukum secara tegas. Tentunya norma-norma terkait HAM tetap kita perhatikan," kata Sigit.

Selain itu, Sigit memastikan Polri dan TNI akan memperketat pengamanan dan menambah personel di daerah rawan Papua. Ia berharap ke depan tidak ada lagi korban dari aksi teror KKB atau kelompok lainnya.

"Tentunya penebalan di wilayah-wilayah rawan, daerah-daerah merah tentunya menjadi atensi kita sehingga jumlah KKB, serangan KKB, kita harapkan bisa kita kurangi khususnya munculnya korban di masyarakat," ucap Sigit.

Sebelumnya, Pengamat intelijen dan pertahanan Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menyebut  motif aksi teror KKB, mengindikasikan lanjutan aksi Egianus Kogeya (EK) dari pernyataan perang menolak semua pembangunan termasuk pemekaran DOB dan penambahan Kodim.

"Paling tepat EK ditangkap hidup-hidup agar bisa diketahui jaringan yang dimilikinya termasuk yang berasal dari luar negeri," ujarnya.

Ia menyarankan bandara-bandara perintis di pegunungan yang menjadi sarang KKB ditutup sementara.

"Bangun hanya satu bandara yang lebih besar dan kuat, sebagai pangkal perlawanan dan pusat logistik TNI Polri yang menjadi sulit dikuasai lawan," tuturnya.

Susaningtyas menambahkan, perlunya dialog dengan berbagai pihak untuk mendapat dukungan dan meredam aksi-aksi EK selanjutnya.

"Buka dialog dengan kelompok adat, kelompok agama, Tokoh pemuda, tokoh agama untuk mendengar pendapat mereka," tutup Susaningtyas.