1 Ponpes di Kalanganyar Terdampak Pergerakan Tanah, BPBD Sorot 6 Kecamatan Lain di Lebak Berpotensi Alami Bencana Serupa
BANTEN - Masyarakat Kabupaten Lebak diminta waspada pergerakan tanah menyusul kejadian di kawasan pondok pesantren (ponpes) di wilayah Kecamatan Kalanganyar, Lebak, Banten.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lebak Agust Riza Faesal mengatakan, menurut prakiraan BMKG cuaca ekstrem yang ditandai curah hujan meningkat disertai petir dan angin kencang masih belum juga melandai di Lebak.
"Kita hari ini menerima laporan salah satu pondok pesantren di Kecamatan Kalanganyar terdampak pergerakan tanah," katanya di Lebak, Banten, Senin 6 Februari, disitat Antara.
Adapun pergerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Kalanganyar, lokasinya berada di tepi aliran sungai. Sebelum ponpes di kawasan itu terdampak, delapan rumah juga mengalami hal yang sama namun tidak menimbulkan kerusakan parah.
"Kami minta warga yang tinggal di tepi aliran sungai meningkatkan kewaspadaan menyusul curah hujan tinggi," ujarnya.
Baca juga:
- Prabowo Soal Cawapresnya di Pilpres 2024: Jangankan Kalian, Saya pun Belum Tahu Siapa
- Hujan Keluhan Penonton Konser Dewa 19 Soal Shuttle Bus dari JIS ke Lokasi Parkir, Jakpro Lempar Tanggung Jawab ke Promotor
- Usut 2 Kasus Baru Gagal Ginjal Akut, Polri 'Salahkan' BPOM Soal Pengawasan
- Singgung Lemahnya Pengawasan TKA China di Indonesia, Yusril Ihza Mahendra: Pemerintah Tak Boleh Berdiam Diri
Riza mengingatkan selain warga di Kecamatan Kalanganyar, bencana pergerakan tanah akibat cuaca ekstrem juga berpeluang terjadi di 6 kecamatan lain di Lebak, yaitu Cimarga, Cikulur, Muncang, Bojongmanik, Cirinten dan Lebak Gedong.
Pemerintah daerah telah menjalankan relokasi kepada sejumlah rumah di Lebak yang sebelumnya terdampak pergerakan tanah.
"Semua korban pergerakan tanah dibangun huntap oleh pemerintah setempat," ujar Riza.
Di bantaran aliran Sungai Ciberang, bencana pergerakan tanah juga mengancam rumah warga. Mereka terpaksa mengungsi ke lokasi yang aman jika curah hujan lebih dari tiga jam mengguyur kawasan tempat tinggal mereka.
"Kami sudah biasa bila cuaca ekstrem mengungsi ke rumah kerabat untuk menghindari bencana pergerakan tanah," kata Wahid, seorang warga Cimarga, Kabupaten Lebak.