Terima Kunjungan Pejabat UE, Presiden Zelensky Ingin Eropa Tingkatkan Sanksi Terhadap Rusia
JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak para pemimpin Eropa yang mengunjungi Kyiv pada Hari Kamis, untuk menambah lebih banyak sanksi terhadap Rusia, di tengah peningkatan serangan yang dilakukan oleh Moskow.
Barat telah memberlakukan tindakan hukuman besar-besaran sejak invasi Rusia ke Ukraina selama hampir setahun yang telah menghancurkan kota-kota, membunuh puluhan ribu orang, memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka dan mengguncang ekonomi global.
Dalam kekerasan terbaru, rudal Rusia menghancurkan apartemen di Kramatorsk, menewaskan sedikitnya tiga orang dan menjebak lainnya di bawah reruntuhan, kata polisi.
Setelah tiba di ibu kota Kyiv dengan kereta api untuk membicarakan aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa, ketua Komisi eksekutif blok tersebut Ursula von der Leyen menjanjikan lebih banyak bantuan keuangan, militer dan politik untuk Ukraina.
Dia juga mengumumkan pembentukan pusat internasional di Den Haag untuk mengadili kejahatan agresi di Ukraina.
"Ini adalah pertarungan demokrasi melawan rezim otoriter," kata von der Leyen dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Zelensky, melansir Reuters 3 Februari.
"Kami akan terus meningkatkan tekanan lebih jauh," tukasnya.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memimpin delegasi lebih dari selusin pejabat saat datang ke Kyiv.
"Eropa telah berada di pihak Ukraina sejak hari pertama karena kami tahu masa depan benua kami sedang ditulis di sini... ini adalah pertarungan demokrasi melawan rezim otoriter," sebut von der Leyen dalam konferensi pers di Kyiv.
Dia melakukan pertemuan pertama dengan Presiden Volodymyr Zelensky tak lama setelah kedatangannya, dan kedua pemimpin akan mengadakan pertemuan puncak pada Hari Jumat dengan Presiden Uni Eropa Charles Michel.
Sementara itu, Presiden Zelensky mendesak lebih banyak sanksi, dengan mengatakan kecepatannya sedikit melambat, sementara Moskow beradaptasi dengan sanksi itu selama konflik bersenjata terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
"Semakin cepat dan lebih baik tugas ini diselesaikan, semakin dekat kita untuk mengalahkan agresi Federasi Rusia," serunya.
Diketahui, bertekad untuk membuat kemajuan sebelum Ukraina menerima tank tempur dan kendaraan lapis baja Barat yang baru dijanjikan, Rusia telah mengumumkan kemajuan di utara dan selatan Bakhmut.
Pasukan Rusia mendorong dari utara dan selatan untuk mengepung Bakhmut, menggunakan jumlah pasukan yang lebih banyak untuk mencoba menghentikannya, kata analis militer Ukraina Yevhen Dikiy.
Baca juga:
- Balon Mata-mata China Terbang di atas AS: Jet Tempur F-22 Sempat Disiagakan, Tapi Disarankan Tidak Ditembak Jatuh
- Polisi Norwegia Larang Protes dan Rencana Pembakaran Al-Qur'an di Depan Kedubes Turki Hari Ini, Ankara Panggil Dubes Oslo
- Buntut Peringatan Keamanan Usai Pembakaran Al-Qur'an di Eropa: Turki Panggil Sembilan Duta Besar Barat, Termasuk AS
- Presiden Putin Yakin Rusia Menangi Perang Ukraina saat Pidato Peringatan 80 Tahun Kemenangan Uni Soviet Atas Nazi
"Musuh dapat menggunakan satu-satunya sumber dayanya, yang dimilikinya secara berlebihan - orang-orangnya," kata Dikiy kepada Espreso TV, menggambarkan pemandangan di timur laut Bakhmut "yang secara harfiah dipenuhi mayat".
Ukraina dan sekutu Baratnya mengatakan Moskow telah mengalami kerugian besar di sekitar Bakhmut, mengirimkan gelombang pasukan yang perlengkapannya buruk, termasuk ribuan rekrutan dari penjara.
"Kami berdua menembak dengan segala yang kami miliki," kata seorang sukarelawan Belarusia yang berjuang untuk Ukraina di dalam Bakhmut.