Pengalaman Horor Ali Fikry Saat Syuting Film Waktu Maghrib

JAKARTA - Aktor remaja Ali Fikry akan tampil dalam film horor terbaru produksi Rapi Films yang berjudul Waktu Maghrib. Ali yang berperan sebagai Adi merupakan satu dari tiga anak-anak yang menjadi sumber dari rangkaian teror mistis yang menghantui desa tempat tinggalnya.

Waktu Maghrib bukanlah film horor pertama bagi aktor yang masih berusia 14 tahun itu. Sebelumnya Ali sempat bermain dalam film trilogi Kuntilanak pada tahun 2018, 2019 dan 2022.

Menjalani syuting di sebuah desa di Yogyakarta, Ali sempat merasa ketakutan, namun keberadaan aktor-aktor lain membuatnya bisa lebih menikmati proses syuting film horror keempatnya.

“Serem sih, tapi seru juga karena dibantuin sama senior-senior lain. Jadi aku bisa dibantuin biar bisa lebih baik lagi aktingnya. Di lokasi juga seru, banyak orang, banyak teman-teman, asik semuanya kok,” kata Ali Fikry saat mengunjungi VOI pada Senin, 30 Januari.

Bagi Ali, berakting di film horor punya perbedaan tersendiri. Ia merasakan ketegangan yang berbeda saat syuting dan juga tenaganya menjadi lebih banyak terkuras.

Dalam film horor, kemunculan makhluk halus menjadi hal yang esensial. Sebelum menjalani syuting, Ali punya cara sendiri untuk mengimajinasikan kemunculan makhluk halus tersebut.

“Kalau aku habis baca skrip itu aku imajinasiin dulu bakal kaya gimana nantinya. Terus di set baru kita lihat aslinya kayak gimana,” tuturnya.

Saat syuting, Ali pernah punya pengalaman mistis. Di tangga 

Bagi Ali, ada 2 hal menarik yang membuat Waktu Maghrib layak ditonton. Baginya, bukan hanya seram dan mencekam, Waktu Maghrib juga memiliki jalan cerita yang menatik.

“Film ini enggak ketebak, kalian enggak bakal tahu mana yang jahat dan mana yang baik,” pungkasnya.

Disutradarai oleh Sidharta Tata, Waktu Magrib berkisah tentang teror supranatural yang dialami oleh tiga orang sahabat di sebuah desa terpencil. Selain Ali Fikry, film ini juga dibintangi oleh sederet aktor kenamaan lainnya, antara lain Aulia Sarah, Taskya Namya, Bima Sena, Nafiza Fatia Rani, dan Andri Mashadi.