Film The Last of Us: Ketika Christine Hakim dan Yayu Unru Menghadapi Wabah Jamur
JAKARTA – Aktris Christine Hakim dan aktor Yayu A.W. Unru bermain bersama dalam serial The Last of Us Season 1 Episode 2 yang tayang perdana di HBO GO pada Senin (23/1). Christine berperan sebagai Ratna, profesor mycology dari Universitas Indonesia. Sedangkan Yayu berperan sebagai Agus Hidayat, pejabat TNI bintang 3.
Meski hanya flashback selama 9 menit, dialog Christine Hakim dan Yayu berhasil membawa penonton ke suasana mencekam. Menggambarkan kondisi Jakarta yang akan mengalami wabah cordyceps (jamur), penyakit langka yang dapat menular sangat cepat lewat gigitan. Orang yang terinfeksi cordyceps akan seperti mayat hidup yang berperilaku agresif.
Ratna yang sangat memahami karakter wabah tersebut menyarankan untuk melakukan pemusnahan massal.
“Saya telah menghabiskan waktu hidup saya untuk mempelajari hal ini. Jadi tolong dengarkan saya baik-baik. Tidak ada obat dan tidak ada vaksin,” ucap Ratna kepada Agus. “Jadi, apa yang harus kami lakukan, Bu?”
Ratna terdiam sejenak sambil terus menatap mata Agus. “Bom, mulailah pengeboman. Bom seluruh kota dan seluruh orang yang ada di dalamnya,” jawab Ratna.
Dalam The Last of Us Season 1 Episode 1 yang tayang satu pekan sebelumnya, sutradara Craig Mazin dan Neil Druckman sempat menampilkan penjelasan singkat mengenai jamur mematikan tersebut. Sutradara menggambarkannya lewat adegan bincang ilmiah yang digelar 35 tahun sebelumnya.
Ahli Epidemologi Doktor Neuman pada 1968 telah menjelaskan ada penyakit yang dapat mengancam kehidupan manusia. Bukan berasal dari virus atau bakteri, melainkan jamur.
“Ada jamur yang menginfeksi serangga. Masuk ke dalam semut misalnya. Berjalan melalui sistem peredarah darah ke otak semut. Lalu membanjirinya dengan halusinogen sehingga mengubah pikiran semut sesuai keinginannya. Jamur mulai mengarahkan perilaku semut. Memberi tahu ke mana harus pergi, apa yang harus dilakukan,” kata Neuman dalam adegan tersebut.
Seperti dalang dengan boneka. Lambat laut kondisinya semakin memburuk. Jamur mulai melahap inangnya dari dalam. Mengganti daging semut dengan dagingnya sendiri. Namun, dia tetap menjaga bonekanya tetap hidup dengan mencegah pembusukan.
Doktor Schoenheiss yang menjadi rekan bincang Neuman menyanggahnya, “Infeksi jamur ini nyata tetapi tidak pada manusia.”
Benar, kata Neuman, jamur tidak bisa bertahan jika suhu internal inangnya lebih dari 34 derajat. Saat ini, tidak alasan bagi jamur untuk berevolusi agar bertahan di suhu yang tinggi. Tapi bagaimana jika itu berubah?
“Tidak ada pengobatan untuk ini. Tidak ada pencegahan, tidak ada obat. Mereka tidak ada. Bahkan tidak mungkin membuatnya. Jika itu terjadi kita akan kalah,” ucap Neuman.
Hasil Penelitian
Teori jamur menginfeksi semut kenyataannya memang terjadi. Ada sejumlah penelitan menyebut jenis jamur yang menginfeksi semut-semut kayu dan mengubahnya seperti zombie (mayat hidup), umumnya semut yang tinggal di tanaman dan pepohonan karena berebut tempat hidup. Jamur inilah yang dikenal sebagai ophiocordyceps unilateralis
Pakar epidemiologi penyakit fungi di Imperial College London, Matt Fisher menceritakan pengalamannya ketika melakukan penelitian di hutan lebat Guyana Perancis. Dia menemukan bangkai semut yang dihinggapi parasit tengah memanjat tanaman. Terdapat semacam struktur dengan kantung spora mencuat dari kepala mereka. Spora inilah yang kemungkinan mengendalikan tubuh semut dan menginfeksi semut-semut lainnya.
Melansir Tempo.co, peneliti dari University of Central Florida, Charissa de Bakker menjelaskan, jamur parasit ophiocordyceps unilateralis hanya menyerang dan mengganggu sistem saraf. Namun, dalam catatannya, ada bahan kimia khusus yang dikeluarkan jamur itu untuk mempengaruhi sistem kerja otak semut secara tak langsung.
“Sesuatu (kajian) yang jauh lebih rumit,” katanya.
Ophiocordyceps unilateralis sebagian besar ditemukan pada semut yang hidup di daerah beriklim tropis seperti Brasil, Afrika, dan Thailand.”
Namun, hingga saat ini, belum ada bukti kuat bahwa jamur tersebut dapat menginfeksi manusia.
Dua Bintang Senior
Sebagai aktris senior jejak rekam Christine Hakim dalam seni peran memang sudah tidak diragukan lagi. Sederet penghargaan berhasil diraihnya. Perempuan kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, 25 Desember 1956 ini merupakan artis Indonesia dengan koleksi Piala Citra terbanyak, 5 Piala Citra dari kategori Pemeran Utama Perempuan Terbaik dan 3 dari kategori Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik.
Dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2016, Christine Hakim juga mendapat penghargaan Lifetime Achievement. Serta, menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi juri kehormatan dalam Selection Officielle "Feature Films" dalam Festival Film Cannes 2002. Christine menjadi juri bersama sineas dunia David Lynch, Sharon Stone, dan Michelle Yeoh.
Beradu akting dengan para bintang Hollywood juga bukan kali pertama dirasakannya. Pada 2010, dia mendapat kesempatan bermain bersama Julia Roberts di film Eat Pray Love. Tak heran, penampilannya di serial The Last of Us terlihat sempurna.
Begitupun Yayu, pria kelahiran Makassar, 4 Juni 1962 ini juga berpengalaman dalam dunia seni peran. Sudah bermain di puluhan judul film. Tercatat, dia dua kali meraih penghargaan sebagai pemeran pendukung pria terbaik di ajang FFI.
Selain sebagai aktor, Yayu juga dikenal sebagai pemain pantomim. Dia sudah beberapa kali berkolaborasi dengan beberapa seniman besar dalam dan luar negeri seperti Roland Ganamet, Elizabeth Ceki, Milan Sladek, dan Sardono W. Kusumo.
Sutradara, produser, dan penulis skenario asal Indonesia, Timothy Tjahjanto memuji akting mereka berdua.
“Sangat bangga dengan penampilan Christine Hakim & Yayu Unru dari Indonesia yang singkat namun kuat & mengerikan, keduanya membawa firasat ketakutan, menemukan awal dari akhir,” cuit Timothy pada 23 Januari 2023.
Menurut Christine Hakim, proses syuting serial The Last of Us dilakukan di studio Kanada pada akhir Oktober 2021. Dia awalnya sempat ragu untuk mengambil tawaran tersebut karena kondisi dunia tengah pandemi. Belum lagi, dia masih mengkhawatirkan kondisi suaminya, serta ibunya yang sudah berusia renta.
“Harus karantina seminggu. Tidak bisa bawa asisten, manajer, suami, sendirian saja. Berat kan risikonya kalau sampai saya ada apa-apa, atau di Jakarta ada apa-apa,” kata Christine Hakim kepada Feni Rose, dilansir dari Kanal YouTube Trans TV Official.
Tidak hanya The Last of Us, sudah banyak serial atau pun film yang mengangkat cerita mengenai wabah penyakit. Antara lain, film Outbreak pada 1995 yang mengisahkan tentang virus yang menyerang seluruh penduduk Cedar Creek, Texas, Amerika Serikat. Film World War Z yang dibintangi Brad Pitt pada 2013 tentang virus zombie yang melanda dunia, hingga serial The Walking Dead pada 2010 yang sudah memasuki season 11 tahun lalu.
Baca juga:
- Memaknai Momen Tahun Baru Imlek Sebagai Implementasi Nilai Keberagaman
- Pantauan Netray Ketika Ridwan Kamil Berseragam Partai Golkar
- Pengaruh Budaya China Terhadap Cita Rasa Kuliner Nusantara: Menyingkap Catatan Resep Masakan Go Pheek Thoo
- Dalam Dunia Pendidikan Guru Boleh Menghukum Murid, tapi Harus Tepat Sasaran
Serial The Last of Us dianggap spesial oleh pegiat Twitter karena tayang setelah pandemi COVID-19. Sehingga, banyak penonton yang ikut terbawa suasana, membayangkan seandainya peristiwa wabah jamur benar-benar terjadi.
Berdasar data Nielsen dan Warner Bros, jumlah penonton tayangan perdana serial The Last of Us episode 2 mencapai hingga 5,6 juta penonton. Meningkat dibanding tayangan perdana episode sebelumnya yang hanya mencapai 4,7 juta penonton.
“Namun, setelah The Last of Us episode 1 tayang satu pekan penuh, terlacak sudah mencapai 18 juta penonton,” tulis HBO seperti dilansir dari Variety.