Review Film Mummies, Belajar Bertahan Hidup dari Dunia Rahasia Mumi

JAKARTA - Film animasi dari Warner Bros. Pictures, Mummies garapan sutradara asal Spanyol Juan Jesús García Galocha akan dirilis di Indonesia pada 20 Januari mendatang.

Film dengan rating Semua Umur (SU) ini mengikuti petualangan menyenangkan dari tiga mumi Mesir kuno yang tinggal di kota rahasia bawah tanah, tersembunyi di Mesir kuno.

Ketiganya termasuk seorang putri bernama Nefer, mantan kusir handal bernama Thut, dan adik laki-lakinya Sekhem, bersama dengan bayi buaya peliharaan mereka.

Melalui serangkaian peristiwa yang tidak menguntungkan, mumi tersebut berakhir di London dan memulai petualangan yang menarik. Mereka pergi dari Alam Baka menuju Dunia Hidup untuk mengejar seorang arkeolog ambisius bernama Lord Carnaby yang telah mencuri cincin kerajaan.

Film cukup unik karena tak hanya mengisahkan tentang sosok mumi, namun juga menampilkan sebuah dunia rahasia di mana seluruh mumi berkumpul di sebuah kota mumi berusia 3.000 tahun yang terletak sangat jauh di dalam Bumi, jauh tersembunyi dari dunia.

Meskipun mengangkat cerita tentang mumi yang merupakan mayat hidup, film ini benar-benar jauh dari kata menyeramkan. Justru film ini sangat menghibur dengan cerita yang bisa dikatakan cukup unik.

Film ini bercerita tentang perjalanan Putri Nefer, anak perempuan dari Raja Firaun yang muda dan blak-blakan. Dia pun harus mengikuti mandat kekaisaran untuk menikah dengan Thut, seorang mantan kusir yang sangat terkenal di negeri tersebut.

Putusan itu tidak bisa jauh dari keinginan mereka karena Nefer sangat membutuhkan kebebasan dari batasan keluarga kerajaannya dan Thut, bujangan kota yang paling memenuhi syarat, alergi terhadap komitmen.

​​​​​Tapi keinginan Firaun tidak bisa dihindari, dan Thut harus menikahi Nefer hanya dalam tujuh hari. Firaun kemudian mempercayakan cincin kawin kuno yang indah kepada Thut, dan memintanya untuk menyimpan pusaka itu sampai pernikahan tiba.

Jika Thut menolak atau gagal menjaga cincin tersebut, dia pun akan menghadapi konsekuensi berat. Thut pun tak punya pilihan lain selain mengikuti keinginan sang raja.

Sementara itu, di permukaan Bumi modern, seorang arkeolog yang ambisius bernama Lord Silvester Carnaby melakukan ekspedisi di mana, untuk pertama kalinya, dia menemukan sesuatu yang sangat penting dalam sejarah yakni sebuah makam Mesir yang berisi cincin kawin yang menakjubkan.

Dia pun tahu ini adalah kesempatannya untuk mewujudkan mimpinya dan tercatat dalam sejarah sebagai arkeolog terkenal yang sukses menemukan cincin dan makam tersebut. Carnaby pun mencuri cincin itu dan segera kembali ke London, menjadikannya sebagai pusat dari pameran barunya.

Dikutip dari ANTARA, Thut pun akhirnya menyadari bahwa cincin tersebut telah dicuri oleh seseorang yang bukan berasal dari dunianya. Di sini awal kisah unik Thut bersama adik laki-lakinya dan peliharaan mereka dimulai. Terlebih lagi, ternyata Nefer pun secara diam-diam mengikuti mereka untuk mengejar Carnaby.

Film Mummies adalah petualangan keluarga yang romantis, dengan sentuhan musik yang menghibur. Adegan-adegan di film ini pun tampak berusaha memecahkan stereotip “anak laki-laki menyelamatkan perempuan” atau sebaliknya.

Di perjalanan mereka mengejar sang arkeolog, Nefer dan Thut pun tampak sangat kuat dan imbang dalam menjaga satu sama lain. Bahkan, sang adik laki-laki, Sekhem, juga digambarkan sebagai sosok yang mampu menyelamatkan sang kakak beserta sang putri kerajaan.

Meskipun garis besar dari cerita ini adalah perjodohan antara Nefer dan Thut, akan tetapi kisah cinta bukanlah fokus utama film garapan Juan Jesús García Galocha (Galo) ini. Sebaliknya, mereka masing-masing memiliki impian untuk dicapai, masalah untuk diatasi, dan tindakan untuk diambil. Sehingga, penonton pun dapat mengambil pelajaran dari setiap adegan yang ditampilkan dalam Mummies.

Tak hanya itu, Mummies juga berusaha untuk menunjukkan kepada penonton bagaimana cara untuk mengatasi rasa takut, beratnya menghadapi tradisi keluarga, benturan budaya, dan banyak lagi.

Setiap karakter dalam Mummies akan membawa kita pada sebuah petualangan di mana cinta akan menang atas segalanya. Cinta kepada keluarga hingga cinta kepada teman akan membuat kita kuat dan mampu menghadapi setiap rintangan.

Secara garis besar, Galo beserta seluruh tim mencoba untuk memperlihatkan nilai-nilai tersebut kepada anak-anak. Kita dalam menjalani hidup, kadang menutup diri dan tidak mampu mengatasi ketakutan untuk mengambil langkah guna menyelesaikan masalah.

Dalam film ini, Galo telah mencoba untuk menunjukkan bahwa cinta adalah segalanya dan hanya itu yang dibutuhkan untuk mengambil langkah guna membantu seseorang untuk lebih berani dan maju.

Di sisi lain, Mummies juga tampak sangat berfokus pada upaya untuk berkomunikasi lebih banyak melalui gambar visual daripada kata-kata. Terlihat dari setiap adegannya, perasaan atau emosi karakter digambarkan melalui ekspresi yang sangat jelas.

Berbicara tentang visual dari film ini, penampakan kota mumi pun cukup menarik dan persis seperti gambaran Mesir kuno. Diketahui, tim dari film ini pun sempat melakukan perjalanan ke Mesir untuk mendokumentasikan secara langsung detail lokasi dan tradisinya. Sehingga, para penonton pun dengan jelas mendapatkan gambaran suasana kota mumi di Mesir Kuno dalam Mummies.

Pada akhirnya, selain mengangkat kisah tentang sebuah petualangan yang seru, Mummies adalah film yang penuh humor dan tantangan, serta cinta.