Bagikan:

JAKARTA - Sukses besar setelah mengadaptasi film dari Korea Selatan, Miracle in Cell No.7 pada tahun 2022 kemarin, Falcon Pictures meluncurkan film berjudul Kembang Api yang diadaptasi dari film Jepang berjudul 3ft Ball & Soul.

Diproduseri oleh Frederica, Kembang Api digarap oleh sutradara Herwin Novianto dan naskahnya ditulis oleh Alim Sudio. Film ini juga menghadirkan empat pemeran utama, yaitu Donny Damara, Marsha Timothy, Ringgo Agus Rahman dan Hanggini. Selain itu juga ada beberapa nama aktor lain, seperti Vino G Bastian, Imelda Therinne, Putri Patricia dan Rachel Hawadi.

Film Kembang Api berkisah bagaimana empat karakter utama, Fahmi alias Langit Mendung (Donny Damara), Sukma alias Tengkorak Putih (Marsha Timothy), Raga alias Anggrek Hitam (Ringgo Agus Rahman) dan Anggun (Hanggini) mencoba untuk mengakhiri hidupnya setelah merasa menemui jalan buntu dari permasalahan hidup yang dihadapi.

Saling tidak mengenal pada awalnya, empat orang tersebut terhubung melalui grup aplikasi chat dan memutuskan untuk bunuh diri bersama-sama dengan cara yang tak biasa, meledakkan diri dengan kembang api.

Mereka pun berkumpul di suatu tempat yang jauh dari keramaian. Dalam sebuah ruangan seperti gudang, Fahmi, Sukma, Raga dan Anggun mencoba bersama-sama mengakhiri permasalahannya.

Film Kembang Api menampilkan tujuh kejadian berulang pertemuan Fahmi, Sukma, Raga dan Anggun di ruangan yang sama dengan konsep time loop. Secara bergantian mereka kembali ke momen awal setelah meledakkan diri dengan kembang api.

Dengan premis time loop kemampuan menampilkan adegan yang tidak membosankan adalah tantangan terbesar sutradara Herwin Novianto. Apalagi sepanjang film kita hanya difokuskan pada gudang sebesar 6X4 meter saja.

Tujuh pertemuan berulang sendiri dibuat sedemikian rupa dengan memperhatikan psikologis penonton yang mungkin bosan. Namun, Yoshio Kato sebagai penulis skenario asli, yang kemudian diadaptasi oleh Alim Sudio dan dimainkan oleh keempat aktor di bawah arahan Herwin Novianto dapat dikatakan berhasil membuat setiap pertemuan kembali menjadi cerita yang berbeda.

Dengan ritme yang semakin cepat dari satu sekuen ke sekuen berikutnya, film ini jadi menarik untuk ditonton. Kemampuan pemain untuk menunjukkan kekesalan karena gagal mati menjadi komedi situasi yang terjaga dari awal hingga akhir film.

Tema besar tentang kesehatan mental tampil tanpa kesan menggurui dengan dialog-dialog cerdas yang disampaikan masing-masing karakter. Dengan tidak menjelaskan segala sesuatu seperti logika matematika, maka akan lebih luas makna dan pesan yang ditemukan dari film itu sendiri.

Mulai dari ritme, tensi dan permasalahan dari setiap pengulangan dapat dilihat sebagai sesuatu yang baru. Lebih dari itu, kepiawaian keempat pemeran utama dalam memainkan tiap pengulangan juga perlu mendapat acungan jempol. Baik Donny Damara, Marsha Timothy, Ringgo Agus Rahman dan Hanggini menghadirkan dinamika yang berbeda pada setiap pengulangan tersebut.

Urip iku Urup

Pepatah dalam bahasa Jawa, ‘urip iku urup’ yang berarti ‘hidup itu nyala’ menjadi kalimat inti untuk menggambarkan keseluruhan cerita dalam film Kembang Api.

Mengutip dari jurnal ilmiah berjudul “Filosofi Urip Iku Urup Pada Masyarakat Jawa: Pendorong Kohesivitas Kelompok Penguat Keharmonisan Masyarakat Perumahan Kabupaten Kediri” yang ditulis oleh Nadya Ratu Amala dan terbit di Kronik: Journal of History Education and Historiography, pepatah ‘urip iku urup’ bermakna bahwa hidup itu harus memiliki manfaat untuk orang sekitar.

Lewat pepatah tersebut, Herwin Novianto dengan tepat menjelaskan bahwa fokus dalam film Kembang Api bukanlah bunuh diri, melainkan permasalahan mental helath dari empat karakter utama.

Setiap percobaan bunuh diri yang dilakukan keempat karakter akan membawa pada suatu pesan dimana masing-masing karakter, meski secara tidak langsung sudah menjadi ‘urup’ bagi karakter lain. Lebih dari itu, mereka pun akan menemukan makna dari hidup yang mereka jalani.