Akhir Bahagia Perundingan Panjang Inggris-Uni Eropa terkait Brexit
JAKARTA - Inggris dan Uni Eropa akhirnya sepakat untuk melanjutkan perdagangan bebas meski ada Brexit. Kesepakatan ini disambut baik oleh Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson serta berbagai pemimpin Eropa jelang akhir 2020. Perundingan panjang dua pihak nampak berakhir bahagia.
Melansir The Guardian, Jumat, 25 Desember, dalam perjanjian setebal 2 ribu halaman itu, Inggris dan 27 anggota Uni Eropa akan melanjutkan perdagangan tanpa tarif atau kuota. Sekalipun, Inggris akan sepenuhnya berpisah dari Uni Eropa per 1 Januari 2021.
“Kesepakatan sudah selesai. Segala sesuatu yang dijanjikan publik Inggris selama referendum 2016 dan pemilihan umum tahun lalu disampaikan oleh kesepakatan ini,” ungkap salah seorang juri bicara perjanjian.
“Kami telah mengambil kembali kendali atas uang, perbatasan, hukum, perdagangan, dan perairan penangkapan ikan kami. Kesepakatan itu adalah berita luar biasa bagi keluarga dan bisnis di setiap bagian Inggris Raya. Kami telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas pertama berdasarkan tarif dan kuota nol yang pernah dicapai," tambahnya.
Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen mengaku senang dengan akhir bahagia dari ketegangan Brexit. Ia menganggap perpisahan Uni Eropa dengan Inggris adalah kesedihan termanis. Apalagi, dengan disepakatinya perjanjian tersebut.
“Itu adalah jalan yang panjang dan berliku, tapi kami memiliki banyak hal untuk ditunjukkan. Ini adil. Ini adalah kesepakatan yang seimbang. Dan itu adalah hal yang benar dan bertanggung jawab untuk dilakukan oleh kedua belah pihak. Pada akhir negosiasi yang sukses, saya biasanya merasakan kegembiraan. Tetapi hari ini saya hanya merasakan kepuasan yang tenang dan, sejujurnya, lega,” ungkap Ursula.
“Saya tahu ini adalah hari yang sulit bagi sebagian orang dan bagi teman-teman kami di Inggris Raya, saya ingin mengatakan perpisahan adalah kesedihan yang manis tetapi, menggunakan kalimat dari (penyair) TS Eliot, yang kami sebut awal seringkali adalah akhir. Dan untuk mengakhirinya seringkali merupakan permulaan. Jadi, untuk semua orang Eropa, saya pikir inilah saatnya untuk meninggalkan Brexit,” katanya.
Baca juga:
Sedangkan bagi juru bicara Inggris, perjanjian itu akan menjamin bahwa Inggris tak lagi terikat dalam peraturan Uni Eropa, tidak ada peran pula untuk pengadilan Eropa. Yang mana, garis merahnya dari perjanjian adalah mengembalikan kedaulatan Inggris yang telah tercapai.
“Itu berarti bahwa kita akan memiliki kemerdekaan politik dan ekonomi penuh pada 1 Januari 2021. Sistem imigrasi berbasis poin akan membuat kita memiliki kendali penuh atas siapa yang memasuki Inggris dan pergerakan bebas akan berakhir. Kami telah mengirimkan banyak hal ini untuk seluruh Inggris dalam waktu singkat, dan dalam kondisi yang sangat menantang, yang melindungi integritas pasar internal kami dan posisi Irlandia Utara di dalamnya,” ungkap juru bicara tersebut.
“Kami telah menyelesaikan Brexit dan sekarang kami dapat memanfaatkan sepenuhnya peluang fantastis yang tersedia bagi kami sebagai negara perdagangan independen, mencapai kesepakatan perdagangan dengan mitra lain di seluruh dunia,” cerita jubir inggris.
Sebelumnya, PM Inggris Boris telah mengatakan kepada kabinetnya pada malam Rabu bahwa kesepakatan itu telah menghormati kedaulatan kedua belah pihak. Saat itu juga, ia telah mendesak tokoh-tokoh senior untuk mendukungnya.