Penolakan Arema FC Berkandang di Bantul Bermunculan, Dinilai Tak Punya Empati

JAKARTA - Keinginan Arema FC untuk berkandang di Stadion Sultan Agung Bantul terus mendapat penolakan. Mereka yang menolak meminta Arema FC untuk menyelesaikan dulu kasus Tragedi Kanjuruhan.

Penolakan awalnya datang dari klub Liga 3 PS Hizbul Wathan. Penolakan itu disampaikan melalui cuitan di akun media sosial Twitter mereka.

Arema FC dinilai tak berempati dengan menjadikan Stadion Sultan Agung sebagai markas. Hal ini tak lepas dari kasus Tragedi Kanjuruhan Malang, awal Oktober lalu.

"Kami kumpulkan dana dari donatur dan sponsor sedikit demi sedikit untuk persiapan Liga 3. Gara-gara kalian, Liga 3 DIY batal. Lalu kalian mau menggunakan SSA untuk Liga 1. Sungguh tiada empati," kicau PS Hizbul Wathan, seperti dilansir Antara, Kamis, 5 Januari.

Penolakan kemudian datang dari kelompok suporter PSIM Yogyakarta, Brajamusti. Mereka meminta manajemen Singo Edan untuk mencari stadion lain untuk dijadikan markas.

Presiden Brajamusti, Muslich Burhanudin mengatakan, penolakan ini merupakan aspirasi dari anggotanya yang kebanyakan dari Bantul.

Dia menyebut, Arema harus mengedepankan tepo sliro (tenggang rasa). Seluruh elemen suporter di Yogyakarta dan Solo, menurutnya, sangat menghormati keluarga 135 korban jiwa yang masih menuntut keadilan.

"Jangan bawa persoalan itu ke DIY, kami menghormati keluarga korban yang menuntut keadilan. Insan sepak bola DIY juga dihormati. Di sini banyak insan sepak bola yang tak bisa bermain karena insiden itu belum selesai," tutur Muslich, kepada wartawan.

Dia menegaskan, banyak klub Liga 3 yang tak bisa berkompetisi akibat kasus tersebut. "Sekarang kok malah tim yang menjadi awal persoalan mau berkandang di sini," tuturnya.