Damai Tak Kunjung Datang Saat Tahun Baru 2023 Tiba di Moskow dan Kyiv
JAKARTA - Suasana Tahun Baru 2023 di pusat Kota Moskow, Rusia berbeda dari sebelumnya. Tanpa pertandingan hoki es dan pasar musim dingin di Lapangan Merah, serta tanpa kemeriahan pesta kembang api. Dekorasi cahaya lampu memang menghias berbagai area, tetapi hanya sebagai simbol pergantian tahun.
Pihak berwenang sengaja menutup sejumlah area yang biasanya menjadi pusat kerumunan dengan alasan pembatasan melawan COVID-19 dan menambah jumlah polisi di jalan-jalan kecil terdekat.
"Kami menganggap perlu menahan diri untuk tidak mengadakan pesta kembang api dan konser besar tahun ini," kata Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin seperti dilansir dari France24.
Masyarakat Rusia pun lebih memilih perayaan malam pergantian tahun kali ini dengan kesederhanaan. Menurut mereka, ini adalah bentuk solidaritas.
“Jangan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Orang-orang kita sekarat di sana. Hari raya memang dirayakan, tapi harus ada batasannya,” kata Yelena Popova (68) yang meyakini akan ada perubahan signifikan pada 2023.
Di Kyiv, suasana hari pergantian tahun jauh lebih sunyi, bahkan menegangkan. Pada Sabtu sore 31 Desember 2022, sirine serangan udara berbunyi berkali-kali, diikuti ledakan keras.
Menurut laporan pihak berwenang Kyiv, setidaknya terjadi 10 ledakan di pusat kota hingga menyebabkan reruntuhan di sejumlah area. Satu orang meninggal dan puluhan lainnya telah dirawat di rumah sakit. Begitupun di sejumlah kota lainnya.
Total, kata Kepala Staf Umum Ukraina Valerii Zaluzhnyi, ada 20 rudal jelajah yang diluncurkan militer Rusia pada Sabtu, 12 di antaranya berhasil dihalau.
Para pejabat Ukraina menyebut Putin tidak manusiawi, merayakan Tahun Baru 2023 dengan membunuh orang. Meski mereka terus menyerang, rakyat dan militer tidak akan mundur.
"Negara teroris meluncurkan beberapa gelombang rudal. Mereka mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada kami. Tapi kami akan bertahan," tulis Gubernur Kyiv Oleksiy Kuleba di Telegram setelah ledakan mengguncang Kyiv dilansir dari Reuters.
Alhasil, malam pergantian tahun di Kyiv penuh kewaspadaan dan kekhawatiran. Satu-satunya penanda hari telah berganti hanya lewat teriakan penduduk dari balkon mereka, ‘Selamat Tahun Baru, Puji Ukraina’.
Kobarkan Semangat
Dalam pidatonya di pengujung tahun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, terus memberikan semangat. Dia akan terus berjuang bersama rakyat untuk mempertahankan kedaulatannya dan mengusir negara teroris dari Ukraina.
Zelensky berterima kasih atas tindakan heroik tentara Ukraina, sukarelawan, dan rakyat yang sudah rela berkorban melakukan perlawanan terhadap agresi militer rusia. Termasuk juga untuk para penggalang dana dan pemimpin-pemimpin negara yang menyambut para pengungsi dari Ukraina. Mereka semua akan tercatat dalam sejarah besar Ukraina.
“Kita semua adalah satu keluarga. Satu Ukraina, kata Zelensky dilansir dari The Kyiv Independent.
Dia pun meyakinkan Ukraina akan memberikan perlawanan sengit. Ini adalah tahun ketika Ukraina mengubah dunia.
“Kami disuruh menyerah. Kami memilih serangan balik! Kami disuruh membuat konsesi dan kompromi. Kami bergabung dengan Uni Eropa dan NATO," sambungnya.
Zelensky mengakhiri pidatonya dengan satu harapan untuk Ukraina di tahun mendatang, yakni kemenangan. "Biarlah tahun ini menjadi tahun kembali. Kembalinya rakyat kita. Tentara ke keluarga mereka. Tahanan ke rumah mereka. Imigran ke Ukraina mereka."
Begitu juga tanah-tanah yang telah dikuasai Rusia, termasuk Donbas timur Ukraina dan Krimea akan bebas selama-lamanya.
"Semoga Tahun Baru membawa semua ini. Kami siap untuk memperjuangkannya. Itulah mengapa masing-masing dari kami ada di sini. Saya di sini, kami di sini, Anda di sini. Semua orang ada di sini. Kami semuanya orang Ukraina. Kemuliaan bagi Ukraina. Selamat Tahun Baru," Zelensky mengakhiri pidatonya.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga memberikan pidato penutup tahun dengan penuh semangat. Putin terus meyakinkan terkait dengan apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus ke Ukraina sebagai keputusan yang sulit, tetapi sangat perlu guna mendapatkan kedaulatan Rusia.
Negara-negara Barat, menurut Putin, berbohong tentang perdamaian. Mereka telah mengakuinya tanpa rasa malu. Bersiap agresi dengan menjadikan Ukraina dan rakyatnya sebagai alat untuk melemahkan dan memecah belah Rusia.
"Kami tidak pernah mengizinkan siapa pun dan tidak akan mengizinkan siapa pun melakukan ini,” tegas Putin dalam video yang disiarkan televisi pemerintah pada malam pergantian tahun 2022.
Negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi luas terhadap Rusia. Banyak perusahaan asing menarik diri atau membekukan operasinya setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari lalu, dengan harapan keuangan, industri, dan transportasi Rusia hancur.
Namun, nyatanya itu tidak terjadi. Justru menjadi bumerang dan malapetaka. Mengakibatkan krisis energi dan kenaikan biaya hidup di berbagai negara.
“Ini tidak terjadi, karena bersama-sama kita menciptakan batas keamanan yang andal,” tandas Putin.
Baca juga:
- Bagaimana Indonesia Menyikapi Ancaman Resesi dan Konflik Geopolitik Global di Tahun Baru 2023?
- Kritikan Luhut Binsar Pandjaitan Soal OTT KPK Mendapat Tanggapan Negatif Menurut Pantauan Netray
- Mengenang Pele: Tetap Merajut Pesan, Motivasi, dan Inspirasi hingga Pengujung Hayat
- Ada Lebih 11 Ribu Kasus Kekerasan Seksual di Indonesia Sepanjang 2022: Trauma Korban Tak Mudah Disembuhkan