22 Orang Tewas Akibat Bentrokan Selama Protes, Presiden Peru Boluarte Dukung Penuh Penyelidikan

JAKARTA - Presiden Peru Dina Boluarte mengatakan akan memberikan semua sumber daya yang diperlukan kepada jaksa, sehingga mereka dapat menyelidiki lebih dari dua lusin kematian selama protes yang mengguncang Peru menyusul penggulingan pendahulunya.

Diperkirakan 22 orang tewas dalam bentrokan selama protes dan enam lainnya tewas dalam kecelakaan lalu lintas terkait blokade jalan, menurut data pemerintah.

"Kami akan memberikan semua sumber daya yang mungkin ke kantor kejaksaan untuk menyelidiki kematian tersebut," terang Presiden Boluarte Hari Kamis, melansir Reuters 30 Desember.

Boluarte mengambil alih kursi kepresidenan awal bulan ini setelah presiden sayap kiri Pedro Castillo digulingkan dalam pemungutan suara pemakzulan, beberapa jam usai berusaha membubarkan Kongres secara ilegal. Dia sebelumnya adalah wakil presiden Castillo.

Castillo ditangkap dan tetap dalam penahanan prapersidangan saat sedang diselidiki atas tuduhan pemberontakan dan konspirasi. Pemecatannya menyebabkan berhari-hari protes keras di Peru.

Sebagai tanggapan, pemerintah Presiden Boluarte menerapkan keadaan darurat yang memberikan wewenang khusus kepada pasukan keamanan, serta kebebasan terbatas seperti hak untuk berkumpul.

Kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang menggunakan senjata api pada pengunjuk rasa dan menjatuhkan bom asap dari helikopter. Sementara, tentara mengatakan pengunjuk rasa telah menggunakan senjata dan bahan peledak rakitan.

"Polisi dan tentara turun ke jalan untuk melindungi kehidupan dan menenangkan ketakutan 33 juta orang yang tinggal di Peru," kata Presiden Boluarte, tetapi menambahkan bahwa kematian tidak akan luput dari hukuman.

"Kami tidak akan membiarkan impunitas, mereka perlu diselidiki," tegas Presiden Boluarte.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Victor Rojas mengatakan dalam konferensi bersama Presiden Boluarte, dia mendapat informasi bahwa protes dapat terjadi kembali, khususnya di selatan, pada 4 Januari setelah terhenti selama liburan Natal.

Dia mengatakan hak asasi manusia akan dilindungi jika lebih banyak protes terjadi. "Tidak ada yang mau mengulangi kematian yang terjadi pada putaran pertama konflik," tandasnya.