Menko Airlangga Cerita soal Gelapnya Ekonomi di Awal Pandemi COVID-19

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menceritakan momen gelapnya ekonomi saat awal pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia.

Pada saat itu, tutur Airlangga, ekonomi menjadi salah satu sektor yang paling terdampak karena di masa-masa awal penyebaran COVID-19, berbagai kegiatan harus dihentikan sementara.

Saat pengumuman kasus pertama COVID-19 di Indonesia, kata Airlangga, menjadi saat-saat paling menegangkan untuk dirinya.

Pasalnya, kata Airlangga, dampak atas kasus tersebut langsung mempengaruhi pasar saham.

"Paling menegangkan itu di bulan Maret di tahun 2020, saat sesudah diumumkan kemudian stock market turun sampai Rp3.000, naik sampai Rp16.000 itu adalah satu titik yang gelap," tutur Airlangga di Jakarta, Selasa, 20 Desember.

Berdasarkan catatan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pernah terjun hingga ke angka Rp3.937 saat Maret 2020.

Angka tersebut turun hingga setengah dari tingkat di awal tahun dengan besaran Rp6.300-an.

Pada saat kondisi kritis ini, kata Airlangga, obat-obatan pun belum ada.  Di saat bersamaan, masker sebagai alat perlindungan diri (APD) juga pun menghilang dari pasaran.

"Dan di situ belum ada obat-obatan. Belum ada APD, masker hilang," ujarnya.

Kondisi ini, sambung Airlangga, membuat pemerintah juga kelimpungan akibat minimnya suplai APD. Akhirnya, pemerintah mengambil keputusan untuk membatasi ekspor APD dari Indonesia.

"APD yang diekspor tidak boleh diekspor, yetapi kita harus mengurus bea cukai dan urusan diplomasi dan itu adlaah di awal kita menangani COVID-19, dan itulah yang paling menegangkan," tuturnya.