Konsumsi Perlu Digenjot untuk Hadapi Resesi, Kalangan Menengah-Atas Silakan Belanjakan Uangnya
JAKARTA - Dunia diprediksi akan mengalami resesi global pada 2023. Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengimbau agar masyarakat dengan perekonomian kategori menengah atau orang kaya tetap membelanjakan uangnya pada tahun depan.
Langkah ini diperlukan untuk menggenjot konsumsi yang kemudian berdampak pada minimnya risiko kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Tauhid menilai perekonomian sebagian besar negara di dunia masih terkontraksi dan memang akan mengalami resesi tahun depan.
Meski begitu, ia meyakini risiko terhadap Indonesia tidak akan terlalu signifikan.
"Saya kira bagi masyarakat menengah, mereka akan mencoba melakukan penghematan tahun depan, simpan investasi plus bayar utang," kata Tauhid dalam webinar "New Paradigm of Indonesia Tourism Industry Trend 2023" bersama Tiket.com secara daring, Selasa, 13 Desember.
"Akan tetapi, saya kira yang kami harapkan bagi menengah besar, menengah ke atas yang lebih banyak belanja, termasuk juga sektor pariwisata agar daerah-daerah pariwisata tetap hidup," lanjutnya.
Baca juga:
- INDEF: China Berpotensi Sumbang Wisatawan Terbanyak bagi Indonesia di Tengah Resesi Global 2023
- Atasi Investor yang Masih Berat Hati Tanam Modal di Indonesia, Pemerintah Perlu Beri Jaminan Kemudahan Investasi
- Gojek Paling Banyak Digunakan untuk Transportasi dan Logistik di Indonesia
- Ekonom Indef: Melandainya Inflasi Jadi Momentum Bagus Jelang Nataru 2023
Lebih lanjut, kata Tauhid, pemerintah juga perlu mengambil andil agar perekonomian domestik tetap terjaga dan stabil, sembari juga mengantisipasi potensi perlambatan ekspor dan impor.
Ia menyebut menjaga dampak kenaikan suku bunga dalam dua bulan terakhir juga menjadi hal lain yang perlu diperhatikan.
"Juga ada perang suku bunga antar-bank, ini semua menawarkan dan orang akhirnya akan lebih banyak menyimpan," ungkapnya.
Adapun upaya terakhir, lanjut Tauhid, yang bisa dilakukan oleh pemerintah, yakni optimalisasi reaksi relaksasi kredit dan sektor pariwisata.
"Saya kira ini penting karena pariwisata yang katakanlah belum banyak memanfaatkan, saya kira ini penting termasuk UMKM," tandasnya.