JAKARTA - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menilai, pelandaian inflasi pada November 2022 menjadi modal yang baik jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.
Pasalnya, akhir tahun identik dengan kenaikan harga berbagai macam kebutuhan.
"Ini modal yang cukup baik mengingat akhir tahun sudah mulai naik harga-harga kebutuhan secara umum. Harga telur udah mulai menanjak ini," katanya, Jumat, 2 Desember.
Sekadar informasi, inflasi pada November 2022 mencapai 5,42 persen secara year on year (yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan pada Oktober yang tercatat 5,71 persen.
Komoditas pangan yang menyumbang terhadap inflasi November yakni telur ayam ras, tomat, beras, tempe, tahu mentah dan bawang merah.
Nailul mengatakan, inflasi bulan November 2022 lebih utama disumbang oleh sektor transportasi dibanding sektor pangan.
"Inflasi bulan November ini masih disebabkan oleh transportasi mas yang inflasinya masih di angka 15 persen. Sedangkan inflasi makanan, minuman, dan tembakau berada di angka 5,87 persen," tuturnya.
Masih kata Nailul, kenaikan BBM beberapa saat lalu masih menyisakan dampak ganda pada sektor transportasi.
"Jadi memang dampak domino kenaikan harga BBM sudah mereda, namun efek ke transportasi masih terjadi hingga kini," tuturnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pencapaian inflasi Indonesia masih tetap terkendali di tengah tren inflasi tinggi yang masih terjadi di berbagai negara.
"Seperti Uni Eropa saat ini inflasinya tercatat sebesar 10 persen (yoy) pada November 2022. Kemudian India dan US yang realisasi inflasinya masing-masing tercatat sebesar 6,77 persen (yoy) dan 7,7 persen (yoy)," kata Airlangga.
Dampak positif Nataru
Sementara itu, Ekonom dari Universitas Airlangga Rudi Purwono mengatakan, ada dampak positif dari hari raya Natal dan Tahun Baru untuk perekonomian Indonesia.
Di mana masyarakat yang bergerak, meningkat konsumsinya akan membuat perekonomian berputar meski harga sudah pasti akan naik.
"Kondisi pada bulan Desember, di mana ada Natal dan Tahun Baru. Kondisinya masyarakat beraktivitas, berlibur, akan menunjang proses meningkatkan permintaan dan akan menggerakkan ekonomi, konsekuensinya memang tentu harga agak naik keatas," kata Rudi.
Bagi Rudi, pergerakan masyarakat di moment Nataru 2023 menjadi pendorong perekonomian yang bagus, dan bisa dinikmati oleh semua pihak.
"Sisi positif, ekonomi bergerak, tetapi harapan kota ekonomi bergerak juga dinikmati UMKM, mikro kecil dan menengah. Tidak hanya usaha besar. Contoh misalnya hotel, bukan cuma hotel besar, losmen juga. Potensi usaha kecil makanan, oleh-oleh," ucapnya.
Namun, Rudi mengingatkan agar produsen maupun pengusaha juga jangan main harga terlalu besar.
Hal tersebut guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang tumbuh.
BACA JUGA:
Rudi juga meminta pemerintah untuk terus menjaga ketersediaan bahan pokok jelang libur Nataru.
"Harapan kami, pemerintah menjaga ketersediaan barang yang terutama berkaitan dengan volatile food, misal beras, daging, bumbu dapur, minyak goreng," katanya.
Selama barang tersedia, lanjut Rudi, daya beli masyarakat juga akan terus ada.
Soal inflasi bulan Desember, kata dia, inflasi bisa berada sampai 6 persen. Ini adalah angka yang moderat dan dapat dikelola.
"Mobilitas mulai makin baik, mulai melakukan perjalanan, leisure, dengan adanya peningkatan permintaan, dicirikan dari inflasi yang bergerak masih dalam koridor yang bisa dikendalikan oleh otoritas yaitu Bank Indonesia dan pemerintah," tuturnya.