Dua Pengunjuk Rasa Tewas Dalam Protes Tuntut Pemilihan Umum di Peru

JAKARTA - Dua remaja tewas dan empat orang terluka di Peru pada Minggu selama protes menuntut negara mengadakan pemilihan umum menyusul penggulingan mantan Presiden Pedro Castillo, kata polisi dan otoritas setempat.

Presiden Dina Boluarte dilantik pekan lalu, setelah Castillo dipecat oleh Kongres dan ditangkap karena berusaha membubarkan badan legislatif dalam upaya mencegah pemungutan suara pemakzulan terhadapnya.

Demonstran, banyak dari mereka pendukung Castillo, selama berhari-hari menuntut agar Peru mengadakan pemilihan daripada membiarkan Boluarte tetap berkuasa sampai masa jabatan Castillo berakhir pada tahun 2026. Beberapa pengunjuk rasa juga menyerukan agar Kongres ditutup.

Kepala kantor ombudsman Peru, Eliana Revollar, mengatakan kepada stasiun radio lokal RPP, seorang remaja berusia 15 tahun dan seorang remaja berusia 18 tahun tewas dalam bentrokan dengan polisi di Kota Andahuaylas, di wilayah Andean Apurimac, "kemungkinan sebagai akibat luka tembak," seperti melansir Reuters 12 Desember.

Sementara, Baltazar Lantaron, gubernur wilayah Apurimac, mengatakan kepada stasiun televisi lokal Canal N, "empat orang dilaporkan luka dan dirawat di pusat kesehatan, tiga di antaranya (dengan luka) di kulit kepala, dengan banyak luka".

Sementara itu, Korporasi Bandara dan Penerbangan Komersial Peru, yang mengelola bandara negara itu, melaporkan penutupan Bandara Andahuaylas menyusul serangan dan aksi vandalisme sejak Sabtu lalu.

Para pengunjuk rasa telah membakar ruang pemancar, yang sangat penting untuk menyediakan layanan navigasi, tambahnya.

Kantor ombudsman pada Hari Sabtu mengatakan, dua petugas polisi ditahan selama berjam-jam oleh pengunjuk rasa di Andahuaylas, tetapi kemudian dibebaskan. Ditambahkannya, bentrokan pada Hari Sabtu menyebabkan 16 warga sipil dan empat polisi terluka.