Pulihkan Pasokan Listrik Ukraina Usai Serangan Rusia, Presiden Zelensky: Kami Melakukan Segalanya
JAKARTA - Petugas layanan darurat terus bekerja untuk mengatasi kekurangan listrik di banyak wilayah Ukraina setelah serangan Rusia, khususnya pelabuhan Odesa di Laut Hitam, kata Presiden Volodymyr Zelensky Hari Minggu.
"Saat ini, sebagian persediaan di Odesa dan kota serta distrik lain di wilayah tersebut dapat dipulihkan sebagian," kata Presiden Zelensky dalam pidato video malamnya, melansir Reuters 12 Desember.
"Kami melakukan segalanya untuk mencapai jumlah maksimum yang mungkin dalam kondisi yang berkembang setelah serangan Rusia," sambungnya.
Pasukan Rusia menggunakan pesawat tak berawak buatan Iran untuk menyerang dua pembangkit energi di Odesa pada Hari Sabtu, mematikan listrik ke sekitar 1,5 juta pelanggan, hampir semua infrastruktur non-kritis di dalam dan sekitar pelabuhan.
Presiden Zelensky mengatakan, Odesa adalah "salah satu daerah dengan pemadaman listrik paling sering".
Daerah lain yang mengalami kondisi "sangat sulit" dengan pasokan listrik termasuk ibu kota Kyiv dan Provinsi Kyiv serta empat wilayah di Ukraina barat dan wilayah Dnipropetrovsk di tengah negara.
Pekerjaan memulihkan listrik untuk masyarakat umum dilakukan secara konstan, kata Presiden Zelensky.
Sejak Oktober, Rusia telah menargetkan infrastruktur energi Ukraina dengan gelombang besar serangan rudal dan drone.
Baca juga:
- Pejabat Senior Sebut Ukraina Hantam Markas Tentara Bayaran Wagner Rusia di Lugansk
- Jepang Inggris dan Italia Bangun Jet Tempur Bersama: Dibekali Kemampuan Digital Kecerdasan Buatan hingga Perang Siber
- 10 Besar Kota Termahal di Dunia untuk Ditinggali Tahun 2022: Ada New York hingga Tel Aviv
- Rayakan Hari Nasional, UEA Luncurkan Uang Kertas 1.000 Dirham Baru Dengan Desain Khusus
Diketahui, pasukan Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari dalam apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus", untuk menghilangkan apa yang dikatakan sebagai potensi ancaman terhadap keamanannya sendiri.
Sementara, Ukraina dan sekutunya menuduh Rusia melakukan perang tak beralasan, untuk merebut wilayah dari tetangganya yang pro-Barat.