Yumna Tingkatkan Keterampilan Programmer dengan Kartu Prakerja
JAKARTA - Sektor ketenagakerjaan menghadapi dampak ganda ketika COVID-19 muncul, tidak hanya di Indonesia tapi juga global. Pandemi yang masuk di Tanah Air menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah pengangguran dan sekaligus disrupsi yang mempercepat transformasi Revolusi Industri 4.0.
Tren bekerja dari rumah atau work from home yang muncul akibat pandemi mendorong perkembangan jenis pekerjaan digital. Di saat bersamaan muncul pekerjaan baru, ada pula jenis pekerjaan tradisional yang menjadi kurang relevan.
Adanya disrupsi akibat pandemi juga ditambah dengan fakta masih terjadi ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dan keterampilan angkatan kerja di Indonesia.
Kartu Prakerja kemudian diluncurkan pada awal 2020 untuk membantu para pekerja Indonesia tidak hanya meningkatkan kemampuan mereka tapi juga memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh industri saat ini.
Yumna Via Hasiany adalah salah satu pekerja yang berhasil memanfaatkan pelatihan Kartu Prakerja untuk meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri saat ini.
Perkenalannya dengan Kartu Prakerja dimulai ketika dia mulai menjadi perantau di Jakarta pada Januari 2020, dua pekan setelah lulus dari Fakultas Teknik Informatika Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Bertekad mencari pekerjaan di Ibu Kota, perempuan berusia 25 tahun itu tidak menyangka baru saja dia memulai "perang" pencarian kerja tiba-tiba kasus COVID-19 pertama di Tanah Air terkonfirmasi pada Maret 2020.
Tidak lama setelahnya pemerintah memutuskan untuk melakukan pembatasan mobilisasi masyarakat untuk menekan penyebaran infeksi lewat skema Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Malang tidak dapat dihindari, masih berjuang mendapatkan pekerjaan, Yumna malah harus menghadapi kondisi ketika banyak pekerja justru dirumahkan atau malah menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagai dampak tidak langsung pandemi.
Menghadapi kondisi itu, sang ibu pernah mengatakan agar perempuan asal Kabupaten Hulu Sungai Selatan di Kalsel itu untuk dapat kembali ke kampung halaman ketika tidak mendapatkan pekerjaan di Jakarta.
"Cuma aku orangnya emang kayak keras kepala, harus dapat (pekerjaan)," ujar Yumna ketika ditemui ANTARA di acara Kartu Prakerja di Bali.
Dia menyadari hal itu tidak mudah. Banyak pesaing yang mencari pekerjaan di Ibu Kota dan menjadi lulusan yang berasal dari Kalimantan sempat membuatnya sedikit minder.
Saat itulah dia mendapatkan informasi soal Program Kartu Prakerja ketika sedang berselancar di media sosial. Tertarik dengan insentif dan pelatihan yang diberikan, Yumna kemudian mendaftar dan diterima menjadi peserta ketika Gelombang 2 pendaftaran dibuka.
Begitu mendapatkan dana bantuan pelatihan, dia langsung mengambil pelatihan sesuai dengan keahliannya sebagai pemrogram atau programmer.
Yumna mengambil pelatihan pemrograman web untuk pemula dan Android yang menghabiskan waktu sekitar satu bulan untuk diselesaikan. Hal itu mengingat pelatihan tersebut memiliki sekitar 155 modul.
Manajemen waktu diperlukan untuk menyelesaikan semua pelatihan itu, dengan setiap harinya dia bisa mempelajari 8 sampai 9 modul pembelajaran. Di akhir pelatihan ia kemudian harus membuat aplikasi sederhana yang akan diuji apakah dapat berjalan sesuai dengan yang diprogramkan.
"Kalau misalnya aplikasinya tidak jalan, tidak dapat sertifikat. Otomatis insentif tidak cair," kisahnya.
Usaha kerasnya membuahkan hasil. Setelah berhasil lulus dari pelatihan ia kemudian dihubungi oleh pihak lembaga pelatihan yang memuji aplikasi dan mewawancarainya untuk tampil di media sosial mereka.
Tidak lama kemudian, menyertakan sertifikat yang didapat dari pelatihan Kartu Prakerja, Yumna kemudian diterima menjadi programmer web di sebuah perusahaan logistik terletak di Jakarta Barat.
Mendapat pengalaman selama bekerja satu tahun di perusahaan itu, dia kemudian mengundurkan diri pada pada 2021 dan melamar di sebuah anak perusahaan Pertamina.
Di sana dia bertahan selama setahun sesuai kontraknya dan kemudian memutuskan untuk mengundurkan diri pada pertengahan 2022.
"Karena kalau menurut aku, programmer seperti aku itu harus mencari pengalaman sebanyaknya," tuturnya.
Dia kemudian melamar dan diterima di sebuah bank swasta untuk menjadi programmer untuk mobile banking sampai saat ini.
Yumna menyebut pelatihan Kartu Prakerja berkontribusi dalam kesuksesannya sejauh ini. Ketika orang-orang banyak kehilangan pekerjaan karena pandemi dan kondisi perekonomian saat ini, ia justru mendapatkan banyak tawaran pekerjaan.
Baca juga:
"Karena ketika sudah punya skill gampang untuk mencari pekerjaan," kata dia.
Tidak cepat puas dengan kondisinya saat ini, dia terus memperbarui portofolio dan meningkatkan kemampuan yang sudah dimilikinya.
Dia mengharapkan pengalaman berharga yang didapatnya dari pelatihan Kartu Prakerja bisa dinikmati oleh lebih banyak orang di Indonesia. Terutama untuk memastikan para pekerja tersebut memiliki kemampuan yang kini memang dibutuhkan oleh para pemberi kerja.
Pekerjaan masa depan
Disrupsi pasar kerja yang semakin bergeser ke ranah digital terjadi di Indonesia. Pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan digitalisasi seperti profesi programmer yang ditekuni Yumna kini menjadi salah satu pekerjaan yang memiliki permintaan tinggi di pasar kerja.
Namun di sisi lain, masih terjadi jurang antara apa yang dibutuhkan oleh pemberi kerja dan kemampuan yang dimiliki para pencari kerja. Dari kajian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan 53,3 persen pekerja saat ini memiliki latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya.
Sebagai salah satu langkah menindaklanjuti isu tersebut, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bekerja sama dengan Bank Dunia menciptakan sistem pemantauan keterampilan yang menyelaraskan program pendidikan dan keterampilan sesuai tuntutan dunia usaha dan dunia industri.
Langkah pertama yang dilakukan dari sistem pemantauan tersebut adalah menyusun Critical Occupation List (COL) atau Daftar Pekerjaan Kritis di Indonesia.
Hasilnya ditemukan selain beberapa pekerjaan tradisional seperti di perkebunan dan konstruksi, terdapat pula beberapa pekerjaan di bidang digital yang menjadi primadona industri.
Hal serupa juga ditemukan oleh studi Tugas dan Keterampilan Pekerjaan Indonesia (Indonesia’s Occupational Tasks and Skills/IndOTask) pada 2020.
Dari studi tersebut ditemukan lima pekerjaan penting dari 51 profesi yaitu pengembang software, desain grafis, arsitek bangunan, manajer marketing dan analis keuangan.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan bahwa program itu hadir juga untuk membekali dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan pasar kerja serta kebiasaan baru yang timbul akibat pandemi.
Digitalisasi dan disrupsi pasar kerja yang dipercepat akibat pandemi membutuhkan para pekerja Indonesia baik yang di sektor formal atau wirausaha untuk beradaptasi dengan "new normal" yang muncul.
"Program ini membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan pasar dan kebiasaan baru yang terbentuk akibat pandemi," ujar Denni dalam APEC Workshop 2022 pada Oktober lalu.
Menghadapi berbagai kondisi pasar kerja, ia memastikan bahwa fokus program itu tetap membekali pekerja dan calon pekerja dengan kemampuan yang relevan. Karena yang bisa membuat angkatan kerja dapat bertahan di tengah persaingan adalah penguasaan keterampilan yang tinggi.