PM Peru Mengundurkan Diri Usai Kongres Tolak Seruan Mosi Tidak Percaya
JAKARTA - Presiden Peru Pedro Castillo telah menerima pengunduran diri perdana menteri negara tersebut dan akan kembali melakukan perombakan kabinet di tengah perseteruan antara badan eksekutif dan legislatif.
Mantan Perdana Menteri Anibal Torres, yang merupakan sekutu setia Castillo, telah mengajukan pengambilan suara mosi tidak percaya terhadap Kongres yang dikendalikan oposisi pada minggu lalu.
Namun Kongres menolak mengadakan pemungutan suara pada Kamis, dan mengatakan bahwa persyaratan untuk itu belum terpenuhi.
"Setelah menerima pengunduran diri perdana menteri, saya ucapkan terima kasih atas jasanya atas nama negara, saya akan memperbarui Kabinet," kata Castillo dalam siaran televisi nasional dilansir ANTARA dari Reuters, Jumat, 25 November.
Pengajuan mosi tidak percaya ditujukan untuk menekan Kongres di tengah hubungan yang menegang antara dua cabang pemerintahan.
Anggota parlemen oposisi telah dua kali memakzulkan Castillo, namun gagal menggulingkannya, meskipun mereka berhasil mengecam dan memecat beberapa anggota Kabinet.
"Saya meminta Kongres untuk menghormati supremasi hukum, hak rakyat, demokrasi, dan keseimbangan kekuatan negara," tambah Castillo.
Masa kepresidenannya telah ditandai dengan pergantian posisi senior pemerintahan. Castillo sekarang akan menunjuk perdana menteri kelima - penasihat utama dan juru bicaranya - sejak menjabat pada Juli tahun lalu.
Pemungutan suara mosi tidak percaya merupakan sesuatu yang kontroversial di Peru karena dapat menimbulkan konsekuensi yang signifikan. Jika Kongres mengeluarkan mosi tidak percaya, Torres dan seluruh Kabinet terpaksa mengundurkan diri.
Tetapi Kabinet baru kemudian dapat meminta mosi kepercayaan kedua yang, jika juga ditolak, akan memungkinkan eksekutif menutup Kongres dan mengadakan pemilihan legislatif baru.
Baca juga:
Pekan lalu, Torres mengatakan dia akan menafsirkan kurangnya suara sama dengan mosi tidak percaya.
Pada tahun 2019, Presiden Peru saat itu Martin Vizcarra membubarkan Kongres dan menyerukan pemilihan baru setelah dua mosi tidak percaya.
Kongres kemudian mengesahkan undang-undang yang membatasi situasi yang pantas mendapatkan pemungutan suara mosi tidak percaya, yang sekarang sedang diuji untuk pertama kalinya.
Ketegangan antara berbagai cabang pemerintah Peru dianggap sebagai hal biasa, dan Peru telah mengalami lima presiden yang berbeda sejak 2016.