Lauk Pauk untuk Korban Gempa Cianjur Dimasak di Kalibata dan Bekasi

JAKARTA - Menteri Sosial Tri Rismaharini akan membuat dapur umum di Jakarta dan Bekasi untuk memudahkan proses distribusi bantuan makanan kepada masyarakat korban gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

“Saya putuskan pada hari ini kita membuat dapur umum di Jakarta dan Bekasi karena saya khawatir kalau semakin banyak pengungsi di sana, kebutuhan misalkan untuk bahan baku, misalkan seperti ayam dan telur itu terbatas,” kata Risma di kantor Kemensos, Jakarta, Jumat 25 November dilansir Antara.

Dapur umum tersebut berlokasi di Taman Makam Pahlawan Jakarta dan Balai Pangudi Luhur Bekasi. Risma menjelaskan kedua dapur umum akan memproduksi makanan dalam bentuk lauk pauk, sementara nasi akan dimasak di dapur umum di Cianjur.

“Tadi ada diskusi bahwa kalau nasi kita masak juga di sini takutnya tidak enak sampai di sana. Jadi karena itu di sana tetap masak nasi namun lauk pauk akan kita supply sebagian dari Jakarta dan Bekasi dengan alasan bahwa kita khawatir kebutuhan makanan di sana tidak bisa kita penuhi,” kata Risma.

Kementerian juga membuka dapur umum sebanyak 16 titik di lokasi bencana yang hingga saat ini masih terus didirikan dengan produksi makanan saji total sebanyak 27.890 porsi untuk sekali makan.

Keenam belas dapur umum berlokasi di Sukamanah, Pendopo, RSUD Cimacan, Desa Gasol, Sukamaju, Karangtengah, Cimacan, Rancagoong, Cikancana, Warungkondong, Desa Cinta Asih Gekbrong, Cugenang, RS Sayang Cianjur, Kantor Dinas Cianjur, Sarampad Cugenang, dan Sukatani Pecet.

Risma mengatakan Kemensos telah mengerahkan sekitar 442 personil Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari seluruh Jawa dan Lampung. Selain itu staf dari Kemensos juga turut membantu aktivitas di dapur umum, bukan hanya mereka yang berada di pusat tetapi juga staf dari 13 balai sentra.

“Kurang lebih sampai dengan hari ini, kurang lebih kita mengeluarkan Rp20 miliar sekian,” imbuh Risma.

Dia mengatakan pendirian dapur umum, baik yang berlokasi di Cianjur maupun di Jakarta dan Bekasi, tidak ditargetkan untuk dibuka dalam jangka waktu tertentu. Durasi pembukaan dapur umum bergantung dari lamanya kebutuhan pengungsian.

“Untuk dapur umum kita tidak tahu sampai kapan, kita tidak tahu. Nanti ada saatnya kita harus cabut. Kalau (contohnya) di Majene itu sampai satu tahun kita buat, Semeru itu tujuh bulan. Jadi nanti tergantung pengungsian itu,” kata Risma.