Sembunyi di UEA, Pelaku Penipuan Skema Ponzi Kripto Terbesar di Rusia Resmi Diringkus Interpol

JAKARTA – Salah satu pendiri perusahaan perdagangan kripto Finiko, Zygmunt Zygmuntovich dilaporkan telah ditangkap pihak berwajib. Penangkapan dilakukan di Uni Emirat Arab (UEA) pada Kamis, 17 Novemer kemarin. Finiko adalah perusahaan perdagangan kripto terkemuka di Rusia.

Menurut laporan Business Online, penangkapan Zygmunt Zygmuntovich telah dikonfirmasi oleh Kantor Kejaksaan Agung Rusia. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa pria berusia 24 tahun, berkebangsaan Jerman, telah ditahan di sebuah penjara di negara Teluk sejak awal September.

Jaksa Rusia mengatakan kepada outlet berita bahwa mereka diberitahu tentang penahanannya oleh biro Interpol setempat. Mengetahui hal tersebut pemerintah Rusia mengajukan permintaan ekstradisi ke UEA. Kementerian Kehakiman UEA sendiri tengah mempertimbangkan pengajuan tersebut.

Melansir Bitcoin.com News, Zygmuntovich dimasukkan ke dalam daftar buronan internasional ketika penegak hukum Rusia meluncurkan penyelidikan kriminal terhadap skema investasi palsu, bersama dengan Marat Sabirov dan Edward Sabirov, dua rekan pendiri Finiko lainnya Kirill Doronin, yang telah dipenjara sejak Juli 2021. Ketiga pria itu berhasil meninggalkan Rusia saat perusahaan mereka kolaps.

Sementara rekan Zygmunt Zygmuntovich, Sabirov, hingga saat ini belum diketahui keberadaannya. Meski begitu, laporan menyebutkan bahwa mantan rekannya sudah memberitahu lokasi Sabirov kepada pihak berwajib.

Tidak hanya nama-nama yang disebutkan di atas, kasus kriminal itu juga menyeret 22 orang lainnya, termasuk promotor utama Finiko. Di antara mereka adalah dua wanita, Lilia Nurieva dan Dina Gabdullina, serta Wakil Presiden Finiko dan tangan kanan Doronin, Ilgiz Shakirov, yang ditangkap di Republik Tatarstan, Rusia, tempat skema Ponzi itu berbasis. November lalu, dalang Finiko menawarkan diri untuk bersaksi melawan 44 kaki tangannya.

Menurut Kementerian Dalam Negeri Rusia, para anggota dan eksekutif Finiko telah menarik setidaknya 5 miliar rubel (lebih dari 80 juta dolar AS) ke penipuan skema piramida, tetapi total kerugian yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Uang itu berasal dari investor yang tertipu di Rusia dan beberapa negara lain di bekas Soviet, negara-negara Uni Eropa, Jerman, Austria, dan Hongaria, AS, dan di tempat lain.

Dalam melancarkan aksi kriminal itu, para korban digiring untuk mengirimkan mata uang kripto mereka ke alamat dompet yang dimiliki oleh Finiko. Firma analitik blockchain Chainalysis memaparkan bahwa perusahaan tersebut menerima lebih dari 1,5 miliar dolar AS dalam bentuk Bitcoin selama Desember 2019 hingga Agustus 2021. Para korban tertipu janji pengembalian tinggi bulanan yang diberikan Finiko sebesar 30 persen.

Sekilas Tentang Finiko

Berdasarkan laporan Yahoo Finance, Finiko telah beroperasi antara 2019 dan 2021, menawarkan peluang investasi melalui kripto, termasuk layanan setoran dengan 20-30% APY (hasil persentase tahunan), menurut keterangan The Bell. Klien berinvestasi dalam bitcoin, yang ditukar Finiko dengan token asli perusahaan perdagangan tersebut, FNK.

Pada bulan Juni, outlet berita kripto Rusia Forklog melaporkan bahwa Finiko menghentikan penarikan bitcoin dari situs webnya, hanya mengizinkan pengguna untuk mengambil token asli FNK, yang kehilangan 97 persen nilainya dalam tiga pekan.

Forklog juga melaporkan Finiko juga menuntut para investor untuk menyerahkan data penting mereka termasuk laporan pendapatan, transaksi perbankan dalam satu tahun, dan laporan pembayaran pajak, serta surat rekomendasi dari pihak bank. Otoritas Rusia memasukkan Finiko ke dalam daftar perusahaan yang memiliki tanda-tandak penipuan skema Ponzi.