Sekjen PBB Sambut Baik Perpanjangan Kesepakatan Ekspor Biji-bijian Laut Hitam, Tapi Cuma 120 Hari
JAKARTA - Kesepakatan yang bertujuan untuk mengurangi kekurangan pangan global, dengan memfasilitasi ekspor pertanian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam selatan diperpanjang selama 120 hari ke depan.
Memiliki nama resmi Black Sea Grain Initiative, kesepakatan yang dibuat oleh Rusia, Ukraina, PBB dan Turki itu awalnya dicapai pada Bulan Juli. Menciptakan koridor transit laut yang dilindungi dan dirancang untuk mengurangi kekurangan pangan global, dengan memungkinkan ekspor dilanjutkan dari tiga pelabuhan di Ukraina, produsen utama biji-bijian dan minyak sayur.
"Saya menyambut baik kesepakatan semua pihak untuk melanjutkan prakarsa biji-bijian Laut Hitam untuk memfasilitasi navigasi ekspor biji-bijian, bahan makanan dan pupuk yang aman dari Ukraina," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah pernyataan pada Kamis, melansir Reuters 17 November.
Lebih lanjut, Guterres mengatakan PBB juga "berkomitmen penuh untuk menghilangkan hambatan yang tersisa untuk mengekspor makanan dan pupuk dari Federasi Rusia", bagian dari kesepakatan yang dianggap penting oleh Moskow.
Dikatakan, ekspor amonia Rusia melalui pipa ke Laut Hitam belum disetujui sebagai bagian dari pembaruan, sumber yang akrab dengan diskusi mengatakan kepada Reuters.
"Pembaruan inisiatif biji-bijian Laut Hitam adalah kabar baik untuk ketahanan pangan global dan untuk dunia berkembang," ujar Rebeca Grynspan, sekretaris jenderal Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB di Twitter, menyebutnya sebagai 'mercusuar harapan'.
"Menyelesaikan krisis pupuk harus datang berikutnya," tambah Grynspan.
Kendati demikian, perpanjangan selama120 hari ini, jauh dari keinginan PBB dan Ukraina yang berharap perpanjang selama satu tahun.
Diketahui, penurunan pengiriman dari Ukraina setelah invasi Rusia pada Bulan Februari telah berperan dalam krisis harga pangan global tahun ini, selain pandemi COVID-19 hingga kekeringan di Argentina dan Amerika Serikat.
Sejak Juli, sekitar 11,1 juta ton produk pertanian telah dikirim berdasarkan kesepakatan biji-bijian, termasuk 4,5 juta ton jagung dan 3,2 juta ton gandum.