Menurut Ahli, Tak Perlu Banyak Berpikir untuk Dapatkan Kebahagiaan

YOGYAKARTA – Seorang filsuf Prancis, René Descartes pada abad ke-17, membuahkan pemikiran tentang ‘Saya berpikir maka saya ada”. Pemikiran tersebut pada akhirnya dijadikan landasan dalam menghidupi kehidupan. Misalnya, tanpa berpikir secara sadar, maka bisa menjatuhkan pilihan yang tidak tepat. Bahkan, kesadaran dan pikiran dijadikan landasan membangun identitas masyarakat modern.

Berbeda dengan pemikiran filsuf di atas, meski berpikir pada konteks tertentu diperlukan, tetapi seorang dosen senior psikologi di Leeds Beckett University, Steve Taylor, Ph.D., percaya bahwa dalam banyak hal akan lebih baik jika kita tidak banyak berpikir. Menanggapi pemikiran filsur Descartes, menurut Taylor, kita tidak berhenti ‘ada’ meski kita berhenti berpikir. Selain itu, pikiran bisa mengaburkan kesejahteraan serta kreativitas spontan yang muncul dari pikiran.

Taylor membagi jenis pikiran, pertama adalah jenis pikiran rasional. Jenis pikiran ini sering digunakan dalam matematika dan filsafat. Pemikiran yang rasional dan logis yang dilakukan secara sadar, sebenarnya cukup langka. Karena sebagian pemikiran kita termasuk dalam kategori yang berbeda. Misalnya dalam obrolan asosiasional acak yang mengalir di benak kita tanpa sadar.

Ilustrasi menurut ahli tentang cara mendapatkan kebahagiaan (Freepik/Lookstudio)

Ini bisanya mencakup pemikiran tentang masa depan dan masa lalu. Terutama ketika perhatian kita tidak disibukkan aktivitas eksternal. Pikiran ini akan dipenuhi dengan asosiasi-asosiasi. Terkadang bisa menyenangkan, tetapi tak jarang menciptakan rasa gangguan dalam diri. Self-talk sebenarnya juga memicu pikiran negatif. Maka, Taylor merekomendasikan ‘mengalir’ mengikuti keadaan. Ketika perhatian terserap dalam aktivitas yang menantang dan merangsang, seperti bermain musik, menari, menulis atau membaca. Aktivitas tersebut mungkin dapat merangsang pengalaman mengalir secara teratur.

Cara yang direkomendasikan Taylor dilansir Psychology Today, Minggu, 6 November, merupakan salah satu alasan mengapa ‘mengalir’ berkaitan dengan kesejahteraan karena kita berhenti berpikir. Saat perhatiak kita menyatu dengan suatu aktivitas, pikiran kita akan menjadi hening dan kosong. Cara ini juga merupakan aktivitas meditatif, di mana kita mungkin mengalami keadaan sadar tetapi tidak berpikir sama sekali. Setelah melakukan rekomendasi di atas, banyak-banyak orang melaporkan bahwa mereka merasa lebih sejahtera dan perasaan hidup yang lebih otentik.