Bagikan:

JAKARTA – Berpisah itu tidak mudah. Ketika proses pengambilan keputusan, kedua belah pihak pasangan tentu akan berdiskusi dan negosiasi sebelum mengajukan gugatan perceraian.

Menurut psikolog sekaligus terapi hubungan pernikahan dan perceraian, Susan Pease Gadoua, L.S.C.W., setiap orang pasti memiliki ekspektasi untuk menjalani kehidupan rumah tangga bahagia. Meski begitu ada persoalan yang dialami bersama dan dibutuhkan mencari solusi bersama.

Berdasarkan laporan dari Kementrian Agama, per Agustus 2020 kasus perceraian yang terjadi di Indonesia sebanyak 306.688. Sedangkan laporan dari beberapa penelitian di beberapa negara, hampir setengah dari kasus perceraian disebabkan ketidakcocokan.

Penyebab kedua terbanyak adalah masalah finansial, disusul perselingkuhan. Untuk kasus emosional dan kekerasan fisik pada nomer ketiga dan penyebab selanjutnya masalah kecanduan alkohol maupun narkotika.

Mengingat begitu banyaknya kasus perpisahan, seorang expert merekomendasikan langkah-langkah yang perlu diambil bagi setiap pasangan. Berikut rekomendasinya dilansir dari Psychology Today, Selasa, 2 Maret.

Lebih mengenali perspektif pasangan

Dalam hubungan pernikahan yang tentu saja harapannya berjalan jangka panjang atau hingga tutup usia, ketertarikan adalah hal yang signifikan. Ketika pasangan menjelekkan satu sama lain dan tidak menemukan jalan tengah yang lain, maka rekomendasi Susan setiap pasangan perlu bekerja lebih keras.

Susan menyebutkan istilah ‘polarisasi’ yang tak sadar terjadi. Misalnya, masing-masing dari pasangan berpikir bahwa satu sama lain perlu berubah untuk memperbaiki hubungan seperti jadi lebih rajin menabung, lebih rajin, lebih cerdas secara emosional dan intelektual.

Jika berpolarisasi, saran Susan, bekerjalah lebih keras untuk memahami perspektif pasangan. Hubungan yang baik adalah di mana setiap orang menciptakan kenyamanan.

Berkomunikasi tentang kebutuhan masing-masing

Mungkin pasangan bercerita tentang pernikahannya yang tidak bahagia, tetapi bercerita kepada orang lain tidak menyampaikan langsung ke pasangan. Ini memperbersar kemungkinan bahwa tidak mengerti kebutuhan masing-masing.

Menurut Susan, yang jadi masalah bukan kebutuhan setiap orang tetapi cara menangani kebutuhan bersama. Makanya, komunikasi adalah hal yang penting. Menyampaikan kebutuhan atau mengekspresikan perasaan perlu juga dilakukan secara baik-baik.

Menghabiskan waktu bersama

Ketika muncul ketegangan, tentu memilih tidak bersama pasangan. Artinya berhenti menghabiskan waktu dan percakapan terasa ‘kering’. Ini dapat dipahami sebab setiap orang lebih suka menghindari rasa negatif termasuk rasa sakit karena percakapan tidak lagi menyenangkan.

Sewaktu mengalami hal tersebut, rekomendasi Susan, beri tahu pasangan bahwa ingin berhubungan kembali dan perlu mengambil langkah bersama. Jika sulit berdua, maka terapis atau konsultan pernikahan bisa membantu.

tips hubungan suami istri
Ilustrasi bersama pasangan (Pexels/Vera Arsic)

Mencari Solusi dari luar pernikahan sering keliru

Berkonsultasi pada pihak ketiga yang tidak mengerti betul kondisi dan situasi dalam rumah tangga tentu sangat berisiko. Salah langkah atau salah persepsi seringkali terjadi. Ketika pernikahan mulai tak membahagiakan, orang seringkali mencari jalan pintas yaitu menggandeng pihak lain.

Ada juga yang berfokus pada hal lain, misalnya lebih suka dengan anak-anak, sering keluar bersama teman atau membangun karir. Hal ini, menurut Susan, justru menjauhkan dari substansi persoalan atau dianggap sebagai perilaku ‘melarikan diri’.

Rekomendasinya, melarikan diri dan menghindari rasa sakit tidak membuatnya hilang. Justru faktanya malah memperburuk keadaan. Kedua belah pihak perlu berkomitmen untuk bermitra dalam memperbaiki hubungan.

Tambahan rekomendasi, bersikaplah jujur pada diri sendiri dan pasangan untuk mengambil langkah bersama ingin melanjutkan ikatan pernikahan.

Mencari bantuan

Sebaik-baiknya orang, dalam perasaan kalut tetap dapat mengambil keputusan yang keliru. Untuk menjernihkan pikiran dan membagi beban, mencari bantuan merupakan saran Susan.

Banyak pasangan yang akhirnya bercerai tanpa mendapatkan bimbingan proper. Berharap terbaik untuk pernikahan tetapi tidak menentukan langkah juga akan membuang waktu.

Saran terbaik dari Susan, jangan menunggu sampai terjadi krisis hingga hal yang tak tertahankan menumpuk. Maka, carilah bantuan sebelum semakin parah.