Tingkatkan Daya Saing Global, Dua Perguruan Tinggi Papan Atas Jepang Sepakat Merger
JAKARTA - Dua universitas nasional Tokyo, Tokyo Institute of Technology dan Tokyo Medical and Dental University, mengumumkan kesepakatan merger menjadi universitas baru pada akhir tahun fiskal 2024, untuk meningkatkan daya saing secara global dalam penelitian pada Hari Jumat.
Kedua universitas yang dianggap top-tier di Jepang dalam bidangnya masing-masing, berniat untuk mengajukan hibah pemerintah untuk integrasi.
Hibah ini merupakan bagian dari program pendanaan 10 triliun yen (68 miliar dolar AS) baru Negeri Matahari Terbit, untuk membantu universitas menghasilkan pencapaian penelitian yang kompetitif secara internasional.
Perjanjian tersebut telah membuka jalan bagi konsolidasi pertama, antara universitas nasional Jepang yang ditunjuk sebagai universitas yang kompetitif secara global.
"Penggabungan kami akan menggabungkan berbagai bidang akademik untuk mengembangkan pendidikan dan penelitian kelas dunia," kata Kazuya Masu, presiden Tokyo Institute of Technology, pada konferensi pers, melansir Kyodo News 14 Oktober.
Kedua universitas akan membentuk panel untuk mempersiapkan integrasi, dan sedang mempertimbangkan untuk mengundang mahasiswa dan alumni guna memikirkan nama untuk universitas baru.
Membuat universitas baru dari dua institusi pendidikan tinggi yang mapan jarang terjadi di Jepang, karena sebagian besar kasus dalam beberapa tahun terakhir telah melihat perusahaan induk yang dibuat di mana kedua sekolah tersebut dikelola.
Masu telah memberi tahu orang-orang di sekitarnya, ditunjuk sebagai lembaga yang kompetitif secara global dan memenuhi syarat untuk hibah pemerintah yang baru, akan "sangat diperlukan untuk mengejar ketinggalan dengan universitas-universitas top Amerika Serikat," menurut sumber yang dekat dengan universitas.
Jumlah rata-rata makalah akademik tahunan yang diterbitkan oleh Jepang yang menarik perhatian internasional antara 2018 dan 2020 adalah 3.780, membuat negara itu turun peringkat ke posisi 12, yang terendah yang pernah ada, menurut Indikator Sains dan Teknologi Jepang 2022.
Jepang menduduki peringkat keempat dua puluh tahun yang lalu, sebelum turun ke peringkat keenam sepuluh tahun yang lalu, menunjukkan penurunan yang signifikan dalam kemampuan penelitian, menurut laporan itu.
Sementara, China dan Amerika Serikat menempati peringkat pertama dan kedua dengan rata-rata masing-masing 46.352 dan 36.680 makalah diterbitkan.
Kurangnya dana telah dilihat sebagai alasan Jepang telah dikalahkan oleh negara-negara besar lainnya, yang menyebabkan pemerintah memberlakukan kebijakan untuk penelitian yang luar biasa.
Baca juga:
- Sebut Ukraina Bisa Seret Tersangka Kejahatan Perang Rusia ke Pengadilan Internasional Meski Bukan Anggota, Jaksa ICC: Tidak Jadi Hambatan
- Rusia Lancarkan 112 Serangan Rudal, Jaksa Agung Ukraina Buka Proses Pidana
- Presiden Zelensky Janjikan Kemenangan Atas Rusia di Hari Pembela Ukraina
- Inggris Tinjau Pemindahan Kedutaan Besarnya di Israel, Utusan Palestina: Yerusalem Hampir Jadi Zona Perang
Namun Yoichi Torihata, ketua Fakultas dan Serikat Staf Universitas Jepang, menyatakan keprihatinan atas perkembangan tersebut.
"Ada tren yang berkembang dari universitas terkemuka yang menarik peneliti berbakat dengan perlakuan yang menguntungkan," kata Torihata,
"Tetapi saya khawatir jika itu akan menyebabkan kekurangan keterampilan di antara institusi regional yang lebih kecil," tandasnya.