Wabah Ebola Uganda: Ibu Kota Kampala Catat Kematian Pertama

JAKARTA - Seorang pasien Ebola di rumah sakit di ibu kota Uganda, Kampala, dikonfirmasi meninggal dunia menurut Kementerian Kesehatan negara itu.

Pasien yang meninggal dunia adalah korban ke-19 dari total 54 kasus Ebola dalam wabah kali ini. Tidak ada kasus lain yang tercatat di kota tersebut, selain korban yang meninggal dunia.

Mengutip BBC 12 Oktober, korban yang meninggal dunia di Kampala sudah diketahui pihak berwenang, berpotensi melakukan kontak dengan virus tersebut.

Menteri Kesehatan Uganda Dr. Jane Ruth Aceng mengatakan, pria itu berasal dari luar kota. Ia diketahui kabur dari desanya, menyamarkan identitas dan mengunjungi dukun di daerah yang berbeda.

Dikatakan, dia tiba di rumah sakit dalam kondisi sakit parah. Dia meninggal di Rumah Sakit Rujukan Nasional Kiruddu Jumat lalu, tetapi kematiannya baru saja dikonfirmasi.

Sebagai antisipasi, empat puluh dua orang yang mungkin berhubungan dengannya telah diidentifikasi dan sedang ditindaklanjuti.

Diketahui, wabah terbaru dimulai pada September lalu, tepat di Distrik Mubende. Seorang pria berusia 24 tahun adalah kematian Ebola pertama yang diketahui, dan enam anggota keluarganya juga meninggal. Empat petugas kesehatan juga termasuk di antara para korban, termasuk seorang dokter dari Tanzania.

Petugas medis sebelumnya menyatakan keprihatinan tentang kurangnya alat pelindung diri (APD) yang memadai seperti sarung tangan dan masker. Mereka juga menyerukan agar Mubende dikarantina. Namun, Presiden Yoweri Museveni mengesampingkan pembatasan.

"Ebola tidak menyebar seperti (virus) korona karena ini bukan penyakit yang ditularkan melalui udara."

Hingga saat ini, belum ada vaksin Ebola yang efektif, karena strain Sudan yang menyebar di Uganda tengah berbeda dengan strain Zaire yang menyerang Afrika Barat dan Republik Demokratik Kongo dan yang dapat diimunisasi.