Jokowi Dapat Laporan dari Washington DC: Pasien IMF Membludak 28 Negara, Ada RI?

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa ketidakpastian yang berlanjut saat ini membuat banyak negara mengalami tekanan. Malahan, pressure yang diterima tidak jarang sulit untuk dikelola secara mandiri.

Alhasil, sejumlah negara meminta dukungan kepada pihak lain untuk dapat membantu mengelola risiko yang dihadapi. Salah satu yang paling memungkinkan adalah mengajukan fasilitas keuangan kepada lembaga finansial internasional seperti International Monetary Fund (IMF).

Kata Presiden, bukan satu atau dua negara yang kini tengah berharap injeksi likuiditas dari IMF, tetapi jumlahnya berderet mencapai puluhan. Hal itu dia ungkapkan ketika berbicara dalam forum Investor Daily Summit 2022 yang diselenggarakan di Jakarta hari ini.

“Tadi pagi saya dapat informasi dari pertemuan di Washington DC, ada 28 negara yang sudah mengantri di markasnya IMF untuk menjadi pasien,” ujar Kepala Negara di Jakarta pada Selasa, 11 Oktober.

Menurut Presiden, kondisi ini tidak lepas dari proyeksi ekonomi global yang belum menunjukan pemulihan signifikan dan malahan terjadi koreksi menurun. Meski begitu, Indonesia disebut masih tergolong mampu mengelola risiko ditopang oleh kapabilitas APBN yang mendapat keuntungan windfall sejak akhir tahun lalu.

“Tetapi kita harus tetap hati-hati dan waspada,” tuturnya.

Dalam catatan VOI, Indonesia mendapatkan windfall profit sekitar Rp425 triliun berkat naiknya harga komoditas ekspor RI seperti batu bara dan CPO. Dana tersebut kemudian dikelola APBN 2022 untuk disalurkan ke berbagai sektor, seperti subsidi, bantuan sosial, hingga sektor kesehatan.

Strategi ini ditempuh guna meredam goncangan harga energi dunia agar tidak langsung diteruskan ke masyarakat yang dikhawatirkan bisa mengganggu daya beli dan juga proses pemulihan ekonomi nasional.