Gencarkan Digitalisasi, BPKH Ingin Peroleh Pendapatan Lebih Besar

JAKARTA - Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) tengah menggencarkan penerapan digitalisasi dalam ekosistem haji di Indonesia.

Anggota Badan Pelaksana BPKH Benny Witjaksono menuturkan, digitalisasi ini dilakukan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dalam pengelolaan keuangan jemaah haji.

"Kami memiliki prinsip BPKH harus untung. Tapi BPKH tidak mendapatkan bonus untuk pengelolaan haji. Jadi, setiap manfaat atau keuntungan yang kami dapatkan akan mengalir ke calon jamaah," kata Benny dalam keterangannya, Senin, 10 Oktober.

Benny menuturkan, ketika dibentuk pada 2017, BPKH mengelola keuangan haji secara manual. Kini, BPKH beralih ke teknologi dengan menciptakan Sistem Keuangan Haji Terpadu (Siskehat) yang didukung penggunaan data center.

"Dengan menggunakan Siskehat pelaporan kami menjadi lebih jelas dan sehat. Sekarang kami memiliki Siskehat generasi 2 yang membuat BPKH lebih mudah untuk melakukan laporan dan menunjukan transparansi pada publik," urai Benny.

Setelah itu, pemanfaatan teknologi meluas pada pengelolaan dana umat. BPKH menggunakan big data analytic untuk memastikan penempatan dana jamaah ke investasi yang tepat.

"BPKH menggunakan metode big data analytic, kemudian menggunakan artificial intelligence atau kecerdasan buatan untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan data potensial," sebut Beny.

"Intinya, bagaimana BPKH bisa mendapatkan tingkat keuntungan yang maksimum untuk kemaslahatan umat," lanjut dia.

Melanjutkan, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kementerian Agama Hilman Latief mengatakan, pemanfaatan kerangka kerja digital untuk mengelola haji telah mencapai puncaknya ketika Indonesia mengalami transformasi dan pergeseran ke sistem digital.

Terlebih, antusiasme warga muslim Indonesia untuk berangkat haji terus meningkat hampir setiap tahun dengan dana haji terbilang jumbo.

"Mengapa platform digital ini perlu? Bagi kami tidak hanya untuk mengelola orang. Tapi pada saat yang sama juga membuat kebijakan yang berkelanjutan, termasuk secara finansial," ujar Hilman.

Apalagi, perkembangan ibadah haji ke depan disebut dapat menemui banyak tantangan seperti yang beberapa tahun ini terjadi akibat pandemi COVID-19.

"Baru saja kita mengalami situasi yang tiba-tiba dan sangat menantang seperti pandemi. Oleh karena itu dengan keadaan seperti ini, pengelolaan haji dan umroh harus dipermudah. Maka dalam konteks pengelolaan orang dan dana haji, peluncuran digitalisasi ini akan sangat membantu. Saya pribadi ingin mengucapkan terima kasih kepada BPKH," imbuhnya.