Investor Ritel dan Pemula Semakin Banyak, Yusuf Mansur: Gih Sana Beli Saham WIKA, Garuda Maintenance dll
JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) memaparkan, ada peningkatan signifikan investor pasar modal di Indonesia, berkat adanya pandemi COVID-19. Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, sampai dengan 19 November 2020, Pasar Modal Indonesia telah mengantongi 3,53 juta investor.
"Secara nilai transaksi pada perdagangan saham di BEI, bahkan investor kecil atau ritel berperan cukup besar. 44,3 persen transaksi di pasar modal pada periode Januari-Oktober 2020 adalah berasal dari investor ritel," ujar Inarno dalam webinar, Selasa 1 Desember.
Berdasarkan data statistik yang tercatat di KSEI, 3,53 juta investor di pasar modal terdiri dari investor saham sebanyak 1.503.682 (naik 36,13 persen dibandingkan akhir tahun 2019), investor Reksa Dana sebanyak 2.827.164 (naik 59,32 persen dibandingkan akhir tahun 2019). dan investor Surat Berharga Negara yang diterbitkan Bank Indonesia sebanyak 448.147 (naik 41,70 persen dibandingkan akhir tahun 2019).
Investor milenial yang berinvestasi di Pasar Modal Indonesia juga cukup banyak. Per 19 November, tercatat lebih dari 70 persen investor berada dalam rentang usia sampai dengan 40 tahun. Adapun dari sisi demografi, investor didominasi oleh laki-laki (61,14 persen), pegawai swasta (52,91 persen), lulusan sarjana (44,40 persen), dan memiliki penghasilan Rp10-100 juta (58,09 persen).
Sementara berdasarkan domisili, investor Pasar Modal Indonesia sebagian besar berada di Pulau Jawa (72,23 persen).
Ustaz Yusuf Mansur diketahui juga salah satu tokoh yang berinvestasi di pasar modal Indonesia. Dirinya ikut berkomentar mengenai aksi jual investor asing yang menghantam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Senin 30 November.
Kemarin, IHSG berakhir di zona merah alias melemah 2,96 persen ke level 5.612,415 pada akhir sesi perdagangan. Adapun, investor asing tercatat mengobral saham-saham emiten dalam negeri.
Tercatat, net sell atau jual bersih hingga sesi penutupan mencapai Rp3,27 triliun. Koreksi tersebut merupakan pelemahan harian yang terdalam di bulan November ini.
Namun, secara keseluruhan atau sepanjang November, IHSG berhasil menguat 9,72 persen. Hari ini saja, atau mengawali perdagangan Desember, IHSG balik menguat 2 persen ke level 5.724,74.
Menurut pandangan analis, anjloknya indeks Senin kemarin disebabkan pasar yang sempat termakan kepanikan akibat informasi adanya PSBB DKI Jakarta yang lebih ketat. Namun ternyata informasi tersebut sudah adalah berita lawas yang sudah lama.
Pandangan Yusuf Mansur
Menurut Ustaz Yusuf Mansur, investor di pasar modal seharusnya memandang tidak ada berita yang negatif. Modal asing yang keluar pun menurutnya, bukan informasi yang negatif, karena justru hal ini menjadi kesempatan bagi investor domestik untuk semakin mandiri dalam mengembangkan pasar modal Indonesia.
"Dana asing masuk dan keluar, muhasabah, inspirasi dan motivasi untuk memperkuat perekonomian bangsa," ujar Ustaz Yusuf Mansur di akun Instagram pribadinya, dikutip VOI, Selasa 1 Desember.
"Modal Asing keluar? Mana ada yang negatif? Ini asyik. Salah besar mereka meninggalkan kita. Asli salah besar. Gegara hal yang enggak fundamental. Sebagai warga dunia, kita enggak boleh ngusir. Mumpung mereka pergi, kita beli ramai-ramai," imbuhnya.
Baca juga:
Memang, pada perdagangan Bursa dua hari terakhir, yakni 27 dan 30 November 2020, IHSG ditutup turun. Dana investor asing keluar hingga Rp4 Triliun.
Namun Yusuf Mansur mengatakan hal itu wajar terjadi di pasar modal. Investor bebas keluar masuk karena memang tujuannya ingin ambil profit.
"Dan itu kan lagi-lagi, salah kita juga kan? Eggak disiplin protokol COVID-19 misalnya. Terus ribut melulu, jadi pada takut. Tapi sekali lagi, perilaku asing ini, bagus. Jadi kesempatan kita beli dan menguasai bursa sendiri," tuturnya.
Yusuf Mansur pun berandai-andai jika Bursa Efek Indonesia isinya investor lokal yang punya semangat gotong royong, ikut investasi dengan niat penyertaan di suatu perusahaan yang secara fundamental berkinerja baik, apalagi perusahaan milik negara, maka tukang goreng saham dan investor asing tidak akan terlalu memengaruhi nasib investor lokal.
"Investor lokal yang memang niatnya investasi dan bantu BUMN jadi kuat. Ini Mansurmology," ujarnya.
Istilahnya Mansurmology ini dijelaskannya, misal ada dana asing masuk, alhamdulillah, tapi kalau asing keluar tetap tenang dan jangan ikutan panik.
"Mungkin cita-cita ini terlalu naif untuk para bandar dan trader saham, tetapi ideal untuk mendidik investor ritel dan pemula yang beneran ingin investasi jangka menengah dan panjang. Udah sana, beli WIKA, GMFI, dll. Hajar aja. Kita disiplin, COVID-19 hilang, mereka (investor asing) datang lagi, bingung. Enggak ada yang bisa dibeli, hehehe," tutupnya.