JAKARTA - Situasi pandemi COVID-19 membuat investor ritel dan pemula semakin meningkat, seiring banyaknya investor pemula yang mencoba peruntungannya nyemplung di pasar modal. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan, sampai dengan 19 November 2020, Pasar Modal Indonesia telah mengantongi 3,53 juta investor.
Dari angka tersebut menurut Inarno, investor kecil atau ritel berperan cukup besar. Ia menuturkan, 44,3 persen transaksi di pasar modal pada periode Januari-Oktober 2020 adalah berasal dari investor ritel.
Menyikapi hal ini, tokoh agama sekaligus investor di pasar modal, Ustaz Yusuf Mansur sangat menyambut baik maraknya investor ritel yang menyemarakkan dunia pasar modal Tanah Air. Setidaknya, itu terlihat dalam unggahan Yusuf Mansur di media sosial Instagram belakangan ini.
Yusuf Mansur tengah menyoroti pergerakan saham PT Garuda Maintenance Facility Tbk (GMFI) yang sedang dalam tren peningkatan. Sebagai catatan, pada penutupan perdagangan Senin 1 Desember kemarin, saham anak usaha Garuda Indonesia ini melesat 30,61 persen ke level Rp128 per saham.
"Mansurmology bunyi. Hehehe. Tapi ingat ya, prinsip Mansurmology itu beli bukan buat dijual. Tapi beli buat ownership, main jangka panjang," ujar Yusuf Mansur mengomentari melejitnya saham GMFI, dikutip VOI, Rabu 2 Desember.
Yusuf Mansur dalam beberapa unggahannya memang seperti berupaya memberikan ketenangan kepada para investor pemula di pasar modal. Terutama, dirinya kerap membahas saham dua BUMN, yakni GMFI dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) untuk dikoleksi.
"Modal Asing keluar? Mana ada yang negatif? Ini asyik. Salah besar mereka meninggalkan kita. Asli salah besar. Gegara hal yang enggak fundamental. Sebagai warga dunia, kita enggak boleh ngusir. Mumpung mereka pergi, kita beli ramai-ramai. WIKA tuh hajar. GMFI juga sudah oke. Bismillah," ungkap Yusuf Mansur.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Yusuf Mansur juga menganalogikan, membeli saham BUMN sama saja dengan membela negara. Jika dahulu pembela negara membawa bambu runcing, saat ini hanya cukup dengan membeli sedikitnya 1 lot saham BUMN di pasar modal.
"Mau pada belajar beli saham enggak? Masa cuma ngelihatin saja? Dulu pasukan bambu runcing, sekarang pasukan Saham. Hehehe. Amankan Negerimu. Lindungi Negerimu. Miliki Negerimu. Pasukan 1 Lot, hahaha. One Day One Ayat? One Day One Juz? Sekarang? Tambah? One Day One Lot. Hahaha. Bismillah," ujar bos PayTren ini.
Sebagai informasi, lot merupakan satuan resmi yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam transaksi jual beli saham. Mengacu pada aturan BEI, 1 lot setara dengan 100 lembar saham.
Ketika hendak bertransaksi saham, seorang investor wajib hukumnya untuk membeli atau menjual minimal 1 lot saham. Sebelumnya dalam dunia pasar modal di Indonesia, 1 lot saham sama dengan 500 lembar saham. Namun, pada 6 Januari 2014, BEI mengeluarkan aturan baru yang menetapkan 1 lot saham sama dengan 100 lembar saham.
Hal ini dilakukan agar pasar saham tidak selamanya dikuasai oleh perusahaan besar atau orang berduit saja. Investor dengan penyediaan modal terbatas seperti karyawan swasta, pelaku usaha kecil, mahasiswa hingga ibu rumah tangga bisa ikut terlibat dalam investasi saham. Sejak berlakunya aturan ini, calon investor dengan dana di bawah Rp500 ribu sudah bisa berinvestasi.