Mendadak Yusuf Mansur Jadi Acuan Investor Pemula melalui Mansurmology-nya
Ustaz Yusuf Mansur. (Foto: Instagram @yusufmansurnew)

Bagikan:

JAKARTA - Nama Ustaz Yusuf Mansur atau (UYM) belakangan makin naik daun sebagai acuan bagi investor dalam memilih saham yang prospektif. Hal ini karena dirinya sering memberikan edukasi investasi pasar modal melalui akun Instagram miliknya. Basis jemaahnya yang cukup besar juga membuat saham-saham yang direkomendasikan terbang.

Terbaru, Yusuf merekomendasikan untuk membeli saham BUMN farmasi. Menurut dia, dengan membeli saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) masyarakat turut membantu perusahaan negara.

Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) pun melesat hampir 25 persen ke posisi Rp4.430 pada perdagangan Senin, 7 Desember. Kenaikannya berlanjut pada Selasa, 8 Desember meski tak setinggi sehari sebelumnya, ke harga Rp4.810.

Kenaikan harga saham BUMN farmasi tersebut disebabkan oleh sentimen positif kedatangan vaksin COVID-19 dari Sinovac Biotech Ltd, perusahaan asal China. Sebagai anak usaha PT Bio Farma (Persero), KAEF menjadi salah satu distributor vaksin untuk dikirim ke seluruh Indonesia.

Sentimen itu ditegaskan oleh Yusuf sejak beberapa hari sebelum kargo berisi 1,2 juta dosis vaksin tersebut sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu, 6 Desember. Yusuf menyarankan investor untuk menjaga kepemilikan saham perusahaan itu.

Meski merekomendasikan KAEF, Yusuf juga mengingatkan para investor ataupun trader untuk mengawalinya dengan niat baik seperti bersedekah.

"Buat kawan-kawan yang invest saham KAEF, jaga hati-hati. Sering-sering nyebut Asma Allah. DIA yang nurunin dan naikin. Semua. Termasuk saham," tulis Yusuf di akun Instagram resminya, @yusufmansurnew, Senin, 7 Desember.

Datangnya vaksin COVID-19 Sinovac ke Indonesia. (Foto: Dok. Setkab)

Dengan potensi capital gain yang besar, kata Yusuf, tak ada salahnya bagi investor untuk menjual saham KAEF. Namun, jika investor berniat menahan saham KAEF dengan niat memiliki, dia menilai hal itu pilihan yang baik.

Yusuf berujar, ke datang vaksin sebanyak 1,2 juta dosis itu masih sebagai tahapan awalan, sehingga masih ada kemungkinan harga saham KAEF melesat lagi. Oleh karena itu, dia menilai investasi di saham tersebut bukan sekadar memburu cuan.

"Setiap vaksin didistribusikan dan masyarakat divaksin, kita dapat pahala dan kebaikan yang gila-gilaan. Enggak ada batasnya. Kawan-kawan bukan manusia cuan, tapi manusia bermartabat, yang punya kemuliaan," katanya.

Saran Yusuf Mansur koleksi GMFI

Sebelumnya, Yusuf juga merekomendasikan untuk membeli saham BUMN lainnya. Bahkan, beberapa saham menguat signifikan setelah disebut-sebut oleh dirinya. Di antaranya adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), PT PP Properti Tbk. (PPRO), dan PT GMF Aero Asia Tbk. (GMFI).

Pada pertengahan November 2020, pemilik PayTren ini mengajak publik membeli saham GIAA. Entah kebetulan atau tidak, saham maskapai nasional tersebut naik selama beberapa hari setelahnya. Bahkan sempat menguat hingga 35,54 persen selama sepekan.

"Masya Allah. Seneng banget kalau sentimen positif saya dengan izin Allah bisa bikin kawan-kawan untung dan Garuda membaik terus," tulisnya di Instagram, Kamis, 12 November.

Yusuf mengatakan, meskipun GIAA menanggung rugi belasan triliun rupiah, tetapi masyarakat tak perlu pusing dengan kinerja perusahaan tersebut. Apalagi, Garuda Indonesia juga milik negara dan masyarakat Indonesia. Maka, dirinya pun membuat hitung-hitungan gampang dalam melunasi utang tersebut.

Ia menilai, kerugian yang ditanggung oleh GIAA sebenarnya sangat kecil jika ditalangi oleh 10 juta orang karena hanya membutuhkan modal Rp1,5 juta.

Foto: Instagram @yusufmansurnew

Per kuartal III 2020, perusahaan yang dipimpin oleh Irfan Setiaputra itu mengalami rugi bersih sebesar 1,07 miliar dolar AS atau Rp16,03 triliun. Angka ini berbanding terbalik dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, ketika GIAA meraup laba bersih 122,42 juta dolar AS.

Adapun pendapatan yang diperoleh merosot 3,54 miliar dolar AS menjadi 1,13 miliar dolar AS atau Rp16,98 triliun per September 2020. Pandemi COVID-19 menjadi pukulan terakhir bagi perusahaan ini setelah dirundung masalah internal sejak akhir tahun lalu.

Mansurmology

Pada awal Desember lalu, lewat akun Instagram-nya, Yusuf memperkenalkan konsep Mansurmology. Sebuah konsep yang disebutnya memiliki sudut pandang berbeda dengan investor saham lainnya yang lebih banyak mencari cuan.

Di sini, Yusuf menekankan jika berinvestasi di saham bukan sekadar mencari keuntungan, tetapi juga untuk memiliki perusahaan.

"Prinsip Mansurmology sederhana aja. Berkahi dan ikut berkahnya, dari perusahaan yang melayani hajat hidup orang banyak," katanya.

Menurut Yusuf, investasi saham bisa dimulai dengan kolektif. Sejauh ini, semangat itu sudah muncul, tercermin dari kenaikan sejumlah saham yang disarankannya. Selain itu, publik juga dapat memulai investasi di saham yang memberikan keberkahan, yakni emiten yang melayani hajat hidup orang banyak.

Karena belakangan ini semakin gencar melakukan edukasi tentang investasi pasar modal, muncul dugaan bahwa Yusuf di-endorse pihak tertentu. Namun hal ini ditampiknya.

"KAEF, Kimia Farma, hanya contoh saja. Saya ga ada urusan dengan permintaan dan endorse. Dari awal, enggak ada satupun juga sekuritas dan BUMN yg japri-japri saya soal ginian. Ngeh juga enggak kali, hehehe," katanya.

Jauh sebelum berhasil menarik publik untuk berinvestasi di saham, Yusuf pernah melakukan ajakan serupa beberapa tahun lalu. Tepatnya, pada awal Februari 2018.

Saat itu, Yusuf mengajak ribuan jemaahnya untuk bersama-sama membuka rekening tabungan di Bank Muamalat. Ajakan tersebut disusul dengan datangnya ribuan jemaah Yusuf ke kantor pusat bank syariah tersebut di bilangan Kuningan, Jakarta dan kantor cabang di beberapa kota lain.

Bersama sang ustaz, mereka bersama-sama membuka rekening baru di bank tersebut. Hal ini diklaim sebagai jalan awal bagi masyarakat yang ingin agar industri perbankan syariah di Indonesia menjadi kuat.

"Insyaallah, umat bercita-cita mendorong industri perbankan syariah, maka inilah langkah konkret kami membantu kebaikan di Bank Muamalat Indonesia untuk membantu meningkatkan ekonomi syariah secara umum. Selain bermanfaat untuk kebaikan ekonomi umat juga Insyaa Allah, ini akan berpulang lagi ke kita," tutur Yusuf, ketika itu.

Tak tanggung-tanggung, di kantor pusat Bank Muamalat, kehadiran mereka disambut pula oleh para pejabat tinggi bank tersebut saat itu, seperti Anwar Nasution selaku Komisaris Utama dan Achmad K. Permana selaku Direktur Utama. Hadir juga Ma'ruf Amin, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Syariah Muamalat dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Sayangnya, langkah tersebut belum mampu mengerek kinerja Bank Muamalat maupun membantu mempertemukan bank itu dengan calon investor baru.

Kontroversi

Ternyata, ajakan Yusuf pun tak sepenuhnya disambut dengan positif oleh publik. Pada 2013, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat memanggilnya terkait bisnis patungan usaha yang dijalankannya.

Konsep bisnis patungan usaha tersebut adalah mengumpulkan dana dari masyarakat untuk kemudian digunakan membeli hotel dan apartemen di kawasan Karawaci, Tangerang. Hotel dan apartemen itu ditujukan untuk menampung jemaah haji dan umrah.

Masyarakat yang ikut serta disebut bakal mendapat keuntungan dari bagi hasil penyewaan hotel serta apartemen itu, selain amal dari jemaah haji dan umrah. Sejak akhir 2012 hingga Juli 2013, dana yang sudah terkumpul mencapai kisaran Rp20 miliar dari sekitar 2.000 investor.

Namun, bisnis pengumpulan dana adalah bisnis yang hanya bisa dijalankan oleh badan hukum dan tentunya memerlukan izin dari regulator. Tudingan bahwa bisnis tersebut adalah investasi bodong pun membuat Yusuf disemprit OJK dan Menteri BUMN.

OJK pun menjatuhkan sanksi edukasi kepada Yusuf, setelah melakukan penelusuran. Alasannya, sang ustaz disebut tak mengetahui regulasi yang ada dan murni menjalankan skema bisnis tersebut karena didorong ketidaktahuan.

"Sanksinya saya kira edukasi saja dulu, karena ketidaktahuan ini kita edukasi. Kemudian, izin harus disesuaikan dengan aturan," papar Muliaman Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK saat itu.

Foto: Dok. PayTren Indonesia

Atas kejadian ini, OJK akhirnya menyarankan Yusuf untuk membentuk badan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT).

Tak berhenti di situ, kontroversi lain yang menyertainya adalah terkait PayTren, perusahaan penyedia layanan finansial berbasis syariah dan teknologi yang didirikannya.

Melalui aplikasi yang bisa diunduh di gawai, penggunanya bisa memakai PayTren untuk melakukan berbagai transaksi keuangan seperti membayar tagihan, membayar listrik, dan membeli pulsa.

Namun sayang, pada 2017, Bank Indonesia (BI) membekukan layanan uang elektronik yang ada di PayTren. Bank sentral menyebutkan hal ini dilakukan atas nama perlindungan konsumen karena layanan yang dijalankan ternyata tidak sesuai dengan aturan BI.

Pada awal 2020, giliran produk reksa dana syariah milik PayTren yang dibubarkan OJK. Langkah ini diambil karena produk tersebut tidak memenuhi syarat minimal dana kelola sesuai Peraturan OJK (POJK) Nomor 23 Tahun 2016 tentang Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Karena hal itu, akun Instagram-nya pun kerap dikunjungi oleh orang-orang yang merasa investasi mereka di bisnis yang dijalankan Yusuf mandeg atau sekadar bertanya tentang keberlangsungan usaha-usaha yang dioperasikannya.

Meski demikian, nama besar pimpinan Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur'an itu memang manjur menjadi penarik perhatian masyarakat. Awal tahun ini, Yusuf mengklaim namanya dicatut dalam brosur perumahan fiktif berkedok syariah Multazam Islamic Residence di Sidoarjo, Jawa Timur.

Berbagai kontroversi yang pernah menyertai Yusuf pun rupanya tak menghalangi publik untuk menanti saham mana lagi yang dinilainya prospektif. Apa saham selanjutnya yang bakal direkomendasikan Yusuf Mansur?