Ahli Yakin Presiden Xi Jinping Masih Pegang Kendali: Tepis Rumor Media Sosial, Tidak Ada Tanda-tanda Kudeta
JAKARTA - Kabar Presiden China Xi Jinping di kudeta dari jabatannya, diikuti dengan sejumlah kabar lainnya ramai beredar di media sosial akhir sepanjang akhir pekan.
Kabar tersebut beredar setelah Presiden Xi tidak terlihat di publik, usai kembali dari KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Uzbekistan pada 15-16 September. Tetapi kredibilitas klaim ini diragukan, menurut para ahli.
Para ahli yakin, ini hanya rumor dan spekulasi palsu lantaran tidak ada konfirmasi resmi dari Partai Komunis China atau media pemerintah. Sumber kabar pun tidak kredibel.
Dilansir dari Business Today.in Senin 26 September, terakhir kali Presiden Xi Jinping terlihat di muka umum pada saat KTT SCO. Ketidakmunculannya menimbulkan kabar ia menjadi tahanan rumah.
Ada kemungkinan kuat, pemimpin China tengah menjalani karantina, mengikuti 'Kebijakan Nol Covid' yang ketat di negara itu.
Berdasarkan kebijakan tersebut, setiap individu yang masuk ke China dari luar negeri harus menjalani karantina.
"Xi kemungkinan besar dikarantina setelah kembali dari SCO," cuit Pakar China Aadil Brar di Twitter.
Menyusul kabar kudeta, muncul laporan pembatalan penerbangan komersial internasional dan domestik. Termasuk pembatalan semua kereta api dan bus dalam beberapa hari terakhir.
Namun, Situs web Bandara Internasional Ibu Kota Beijing menunjukkan, beberapa penerbangan memang dibatalkan, tapi beberapa lainnya dijadwalkan sedikit tertunda, atau sudah mendarat.
Terkait hal tersebut, Aadil Brar membagikan data penerbangan dan mengatakan tidak ada gangguan penerbangan.
Dia juga berbagi visual briefing publik oleh pejabat senior China, menunjukkan bahwa pemerintah berfungsi normal.
Berikutnya, fakta sejumlah individu 'anti-Presiden Xi'dijerat dengan hukuman mati dan penjara, dikatakan indikasi kuat dia masih memegang komando.
Dua mantan menteri dijatuhi hukuman mati dan empat pejabat dikirim ke penjara seumur hidup pekan lalu di China. Menurut laporan, keenamnya adalah bagian dari 'faksi politik'.
Saat ini, Partai Komunis sedang menjalankan kampanye anti-korupsi. Diyakini, keenamnya adalah penentang Presiden Xi Jinping.
Beberapa pakar China juga mengatakan belum ada tanda-tanda kudeta di luar komentar di media sosial.
Selain itu, beberapa media regional seperti South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong dan The Korea Herald dari Korea Selatan, telah mengunggah banyak pembaruan tentang China dalam 24 jam terakhir, tetapi tidak ada yang terkait dengan teori kudeta China.