Isu Xi Jinping Dikudeta: Politik China Laksana Rumah Kaca yang Panas, Samar, Susah Diraba
Muncul isu terkait kudeta militer terhadap Presiden China, Xi Jinping. Isu ini ramai di Twitter sekiranya sejak 23 September 2022. (Wikimedia Commons/Palácio do Planalto)

Bagikan:

JAKARTA - Isu kudeta militer terjadi di China. Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) telah menahan Xi Jinping di dalam tahanan rumah sekembalinya dia dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Uzbekistan pada 16 September 2022.

Sekitar 60 persen penerbangan dari dan menuju China dihentikan. Pasukan PLA juga sudah bergerak menuju Beijing. Kemungkinan, Jenderal Li Qiaoming lah yang akan menggantikan posisi Xi Jinping sebagai Presiden China berikutnya.

Li Qiaoming merupakan salah satu pejabat senior di PLA sekaligus anggota Komite Pusat Partai Komunis China (CCP).

Seluruh informasi tersebut terkuak di media sosial Twitter sekiranya sejak 23 September 2022.

Seperti yang dikicaukan oleh seorang aktivis Hak Asasi Manusia berdarah China yang saat ini tinggal di Amerika Serikat, Jennifer Zeng di akun Twitternya. Dia memposting video yang disebutnya sebagai pergerakan pasukan PLA menuju Beijing.

“Kendaraan militer #PLA menuju #Beijing pada 22 Sep. Mulai dari Kabupaten Huanlai dekat Beijing & berakhir di Kota Zhangjiakou, Provinsi Hebei, seluruh prosesi sepanjang 80 KM. Sementara itu, rumor mengatakan bahwa #XiJinping ditahan setelah senior #PKC memecatnya sebagai kepala PLA,” tulis Zeng pada 23 September 2022.

Jenderal Li Qiaoming yang disebut-sebut bakal menggantikan Xi Jinping sebagai Presiden China. (inf.news)

Keesokan harinya, penulis berdarah China Gordon Chang meretweet video postingan Zeng dan menulis, “Video kendaraan militer yang pindah ke #Beijing ini datang segera setelah larangan terbang 59% penerbangan di negara itu dan pemenjaraan pejabat senior..Ada banyak asap, yang berarti ada api di suatu tempat di dalam #PKC. #China tidak stabil.”

"Sesuatu yang besar sedang terjadi di China.. mungkin kudeta. 6000 penerbangan telah dibatalkan dan ada gerakan militer besar yang terjadi," tambah seorang pengguna media sosial bernama Steve Smith.

Selain para penulis, ekonom sekaligus politikus India dari Partai Bharatiya Janata, Subramanian Swamy juga menanggapi isu kudeta militer terhadap Xi Jinping.

“Rumor baru yang harus diperiksa: Apakah Xi jingping di bawah tahanan rumah di Beijing? Ketika Xi berada di Samarkand baru-baru ini, para pemimpin Partai Komunis Tiongkok seharusnya telah mencopot Xi dari penanggung jawab Angkatan Darat Partai. Kemudian tahanan rumah menyusul. Jadi rumornya begitu,” kicau Swamy pada 24 September 2022.

Jennifer Zeng mengunggah video yang disebutnya sebagai pergerakan pasukan PLA menuju Beijing di twitter pada 23 September 2022. (Twitter/@jenniferatntd)

Namun, seluruh informasi tersebut baru sebatas desas-desus. Tidak ada pejabat dari Partai Komunis China yang berkuasa atau media pemerintah yang menanggapinya.

Akun media sosial resmi pemerintah China menunjukkan pekerjaan seperti biasa menjelang kongres lima tahunan partai yang akan dimulai pada 16 Oktober. Xi Jinping siap mengamankan masa jabatan ketiga bersejarah, yang akan memperkuat posisinya sebagai pemimpin paling kuat di China sejak Mao Zedong.

Konon jika terpilih lagi, dia akan menghidupkan kembali gelar Pemimpin Rakyat yang sudah tak digunakan setelah Mao meninggal tahun 1976. Gelar tersebut mengandung arti bahwa tidak ada pembatasan masa jabatan sebagai Pemimpin China. Xi Jinping ingin menghidupkannya lagi demi mengejar ambisi menjabat Presiden China tiga kali berturut-turut. Sejak 1982 Konstitusi China membatasi jabatan presiden sebanyak dua kali berurutan, namun dihapuskan oleh Xi Jinping pada 2018 setelah dia terpilih untuk kali kedua.

Bantahan Isu

Anggota Partai Kongres Nasional India (INC) Sandeep Dikshit meragukan bila terjadi kudeta militer terhadap Presiden Xi Jinping. Dia justru menilai telah terjadi sesuatu pemufakatan jahat terhadap Xi Jinping.

Grafik palsu dibuat untuk menunjukkan bahwa penerbangan telah dibatalkan di China; sebuah video ledakan besar menunjukkan ada pertempuran sengit di Beijing dan video pendek lainnya menunjukkan gerakan pasukan, yang diklaim menuju Zhongnanhai, markas besar Komite Sentral Partai Komunis China.

Ternyata, berdasar data analisa intelejen, visual dari ledakan tersebut merupakan peristiwa yang terjadi di Tianjin pada 2015.

“Situs web pelacakan penerbangan, salah satunya diambil secara singkat oleh grafik palsu, menunjukkan bahwa semua normal di langit di atas China. Video gerakan pasukan itu ditemukan tidak berhubungan,” ucap Sandeep seperti yang tertulis di Tribuneindia pada 25 September 2022.

Sejak Mao Zedong tiada, masa jabatan Presiden China dibatasi dan aturan itu dihilangkan oleh Xi Jinping. (Wikimedia Commons)

Analisa intelijen pun, menurut Sandeep, telah menemukan sejumlah akun media sosial yang bertindak sebagai penyebar utama rumor. Beberapa akun berasal dari Afrika.

“Mengingat ketegangan dengan China, beberapa akun Twitter sayap kanan dari India juga me-retweet banyak klaim kudeta. Pada akhirnya, itulah yang banyak dibicarakan,” ucap Sandeep.

Aadil Brar dalam tulisannya bertajuk ‘Here’s How Rumours of Xi Jinping’s ‘Arrest’ and ‘Coup’ Started’ yang diunggah The Print, mengatakan Georg Fahrion, reporter surat kabar Jerman Der Spiegel di Beijing sudah membuktikannya. Dia mengunggah gambar Lapangan Tiananmen dan tempat-tempat utama lainnya di kota itu—dengan komentar satir tentang 'kudeta'—untuk menunjukkan bahwa tidak ada mobilisasi atau gejolak militer di Cina.

China Sepekan Terakhir

Sekiranya satu pekan terakhir, kata Aadil, situasi politik di China memang sedang memanas. Enam pejabat tinggi ditangkap. Pemecatan pejabat, yang dikatakan sebagai penentang Xi Jinping, merupakan indikasi pengaruhnya terhadap partai dan China pada umumnya

Sun Lijun, mantan wakil menteri keamanan publik yang dituduh memimpin 'klik politik', dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat setelah dua tahun. Fu Zhenghua, mantan menteri kehakiman dipenjara karena menerima suap.

Liu Xinyun, mantan wakil gubernur dan kepala departemen keamanan publik di provinsi Shanxi dijatuhi hukuman 14 tahun karena penyuapan dan pelecehan. Gong Daoan, mantan wakil walikota Shanghai dan biro keamanan publik kota dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena menerima suap senilai 73,43 juta yuan atau sekitar Rp15,5 miliar.

Gong Daoan, mantan perwira tinggi polisi di Shanghai disingkirkan. Mantan kepala polisi Chongqing, Deng Huilin dijatuhi hukuman 15 tahun. Wang Like, mantan sekretaris komisi urusan politik dan hukum provinsi Jiangsu, juga dijatuhi hukuman mati dengan kemungkinan hukuman seumur hidup setelah dua tahun.

Politikus India dari Partai Bharatiya Janata, Subramanian Swamy juga mengomentari isu kudeta di China. (Twitter/@Swamy39)

“Sementara itu, menjelang Kongres Partai, versi terbaru dari kode PKC mengatakan para pejabat dapat diturunkan pangkatnya karena “ideal dan keyakinan yang goyah, sikap lembut dan sikap yang tidak jelas tentang masalah-masalah besar yang melibatkan kepemimpinan partai,” tulis Aadil, Senin (26/9).

Selain itu, hubungan Beijing dan India kemungkinan juga akan semakin menghangat menyusul pengangkatan tentara dari divisi utama PLA sebagai delegasi ke Kongres Partai ke-20.

Tiga puluh anggota dari Komando Teater Barat dipilih, sembilan di antaranya adalah anggota dari Divisi Tentara Merah yang memiliki sejarah panjang di daerah perbatasan dekat Ladakh, termasuk Perang 1962.

“Qi Fabao, komandan resimen yang bernegosiasi dengan Angkatan Darat India selama bentrokan Galwan 2020, adalah salah satu dari 13 yang dipilih,” tulis Aadil menandaskan.