Rusia Sebut Amerika Serikat Berada di Balik Krisis Pasokan Gas Eropa
JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Hari Selasa, Amerika Serikat telah memicu krisis pasokan gas Eropa dengan mendorong para pemimpin benua itu menuju langkah 'bunuh diri', untuk memotong kerjasama ekonomi dan energi dengan Moskow.
Eropa menghadapi krisis pasokan gas terburuk yang pernah ada, dengan harga energi melonjak dan importir Jerman bahkan membahas kemungkinan penjatahan di ekonomi terbesar Uni Eropa, setelah Rusia mengurangi aliran gas ke barat.
Ketika ditanya apa yang perlu dilakukan agar Nord Stream 1 mulai memompa lagi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan kepada Reuters: "Dengar, Anda bertanya kepada saya pertanyaan yang bahkan anak-anak tahu jawabannya: mereka yang memulai ini harus menyelesaikan ini," seperti dikutip 6 September.
Dia mengatakan Amerika Serikat telah lama berusaha untuk memutuskan hubungan energi antara Rusia dan kekuatan besar Eropa seperti Jerman, meskipun Moskow telah menjadi pemasok energi yang dapat diandalkan sejak zaman Uni Soviet.
"Dominasi Washington menang," ujar Zakharova kepada Reuters di sela-sela Forum Ekonomi Timur di Vladivostok.
"Kekuatan politik dibawa ke kekuasaan di Uni Eropa yang memainkan peran 'domba-provokator'."
"Ini benar-benar bunuh diri tetapi tampaknya mereka harus melalui ini," katanya.
Baca juga:
- Temui Ratu Elizabeth II, Liz Truss Terima Tugas Bentuk Pemerintahan Baru
- Presiden Biden Enggan Cap Rusia Sebagai Negara Sponsor Terorisme, Kremlin: Bagus
- Boris Johnson: Liz Truss dan Pemerintah Konservatif akan Melakukan Segala yang Kami Bisa untuk Melewati Krisis
- Kepala Energoatom Sebut Penting untuk Mengakhiri Pendudukan Pasukan Rusia di PLTN Zaporizhzhia
Diketahui, Amerika Serikat dan Uni Eropa menuduh Rusia melakukan pemerasan energi, setelah Moskow mengurangi pasokan gas ke pelanggan Eropa.
Sementara, Rusia mengatakan ada masalah teknis dengan stasiun kompresor yang tidak dapat diperbaiki lantaran sanksi yang diterima.
Kremlin mengatakan bahwa Barat memicu krisis energi dengan menjatuhkan sanksi paling berat dalam sejarah modern, sebuah langkah yang Presiden Vladimir Putin katakan mirip dengan deklarasi perang ekonomi.