Pernyataan Presiden Jokowi Minta Myanmar Akhiri Kekerasan Terhadap Etnis Rohingya, Hari Ini, 3 September 2017

JAKARTA - Hari ini, lima tahun yang lalu, 3 September 2017, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan keprihatinannya dengan konflik kekerasan kepada etnis Rohinya di Rakhine State, Myanmar. Ia mengungkap hal itu di Istana Merdeka, Jakarta. Presiden Jokowi menyesalkan aksi kekerasan kepada etnis Rohingya.

Orang nomor satu Indonesia lalu menjanjikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Rohinya. Bantuan itu antara lain makanan dan obat-obatan. Upaya diplomasi juga dilakukan. Jokowi ingin pemerintah Myanmar segera menghentikan kekerasan.

Konflik bersenjata antara kelompok militan Tentara Penyelamat Arakan Rohingya (ARSA) dengan pemerintah Myanmar tengah memanas. ARSA melakukan penyerangan dengan membabi-buta. Mereka menyerang tentara, polisi, dan 25 pos perbatasan Rakhine Agustus 2017.

Pemerintah Myanmar tak tinggal diam. Serangan itu dianggap seraya tantangan. Pemerintah Myanmar pun melanggengkan agresi militer kembali. Padahal, agresi militer belum lama dihentikan pada Februari lalu.

Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), atau Tentara Penyelamat Arakan Rohingya yang kerap berkonflik dengan Pemerintah Myanmar. (Tangkapan Layar YouTube)

Peperangan pun terjadi. Namun, tak melulu ARSA yang menjadi korban. Rakyat sipil ikutan terkena imbasnya. Agresi militer itu menewaskan puluhan orang. Keadaan yang memanas memaksa ribuan orang etnis Rohingya memilih keluar dari kampung halamannya.

Bangladesh jadi salah satu destinasi terdekat. Konflik bersenjata itupun dicurigai banyak pihak sebagai ajian Myanmar melanggengkan genosida terhadap etnis Rohingya.  Presiden Jokowi pun prihatin dengan tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar.

“Saya dan seluruh rakyat Indonesia, kita menyesalkan aksi kekerasan yang terjadi di Rakhine State, Myanmar. Perlu sebuah aksi nyata bukan hanya pernyataan kecaman-kecaman. Dan pemerintah berkomitmen terus untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan, bersinergi dengan kekuatan masyarakat sipil di Indonesia dan juga masyarakat internasional.”

“Saya telah menugaskan Menlu Republik Indonesia, Menteri Luar Negeri menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk Sekjen PBB Bapak Antonio Guterres, dan Komisi Penasihat Khusus untuk Rakhine State Bapak Kofi Annan,” ungkap Presiden Jokowi di Istana Merdeka sebagaimana dikutip lama Sekretariat Kabinet.

Jokowi juga mengirim Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi untuk ke Myanmar. Menlu dititipkan misi untuk menghentikan dan mencegah kekerasan di Rakhine State. Myanmar juga diminta segera memberikan perlindungan kepada semua warga dan membuka segera akses bantuan kemanusiaan.

Perahu berpenumpang 94 pengungsi Rohingya yang terdampat di Seunoddon, Aceh Utara pada 24 Juni 2020. (Antara/Nova Wahyudi)

Presiden Jokowi pun berjanji untuk segera mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan ke Bangladesh. Semua itu dalam rangka membantu pengungsi Rohingya. Menlu Retno juga diminta memimpin jalannya pemberian bantuan.

“Untuk penanganan kemanusiaan akibat konflik tersebut, pemerintah telah mengirim bantuan makanan dan obat-obatan, ini di bulan Januari dan Februari sebanyak 10 kontainer. Juga telah membangun sekolah di Rakhine State dan juga segera akan membangun rumah sakit yang akan dimulai bulan Oktober yang akan datang di Rakhine State. Indonesia juga telah menampung pengungsi dan memberikan bantuan yang terbaik.”

“Saya juga menugaskan Menlu untuk terbang ke Dhaka, di Bangladesh dalam rangka menyiapkan bantuan kemanusiaan yang diperlukan pengungsi- pengungsi yang berada di Bangladesh. Kita harapkan minggu ini kita akan mengirim lagi bantuan makanan dan obat-obatan. Sekali lagi, kekerasan, krisis kemanusiaan ini harus segera dihentikan,” tutup Presiden Jokowi.